Powered By Blogger

Monday, May 28, 2012

IMUNISASI UNTUK MENCEGAH PENYAKIT MENULAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Mengapa imunisasi merupakan upaya pencegahan berdimensi kesetiakawanan tinggi ?.
Imunisasi memberikan kekebalan individu, hal itu dilakukan oleh orang  perorang atau seorang ibu yang membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi. Imunisasi memiliki tanggunjawab  ganda, yaitu selain memberi  perlindungan pada anaknya agar tidak terkena penyakit menular, juga seorang ibu telah memberikan memberikan kontribusi sosial yang tinggi. Imunisasi merupakan salah satu pencegahan penyakit yang utama didunia. Penyelenggaraan imunisasi diatur secara universal, melalui badan dunia seperti WHO dan UNICEF.
Di Indonesia, imunisasi merupakan andalan program kesehatan, diatur oleh undang – undang Negara  dalam hal ini oleh departemen kesehatan.
Program imunisasi di Indonesia bertujuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit dan angka kematian akibat penyakit menular.
Menyadari betapa pentingnya imunisasi, maka penyusun mengambil judul. “ Imunisasi Untuk Mencegah penyakit Menular”.

1.2    Maksud dan tujuan
Dalam suatu kegiatan yang dilakukan pasti terkandung maksud dan tujuan. Adapun maksud dan tujuan, pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.       Untuk melengkapi tugas mata kuliah pendidikan bahasa Indonesia.
b.      Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman tentang imunisasi.

1.3    Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penyusunan makalah ini penyusun ingin membahas tentang pengertian imunisasi dan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi.  


1.4    Metode yang digunakan
Dalam pembuatan makalah ini saya menggunakan beberapa metode untuk memudahkan penusunan makalah ini. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.      Literatur.
Yaitu mengumpulkan data-data untuk melengkapinya melalui beberapa sumber berupa buku-buku yang dapat menunjang pada makalah ini.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Pengertian Imunisasi
Imunisasi memiliki dimensi tanggung jawab ganda, yaitu selain memberikan perlindungan pada anaknya agar tidak terkena penyakit menular, juga seorang ibu telah memberikan kontribusi sosial yang tinggi, yaitu anak yang telah mendapat kekebalan setelah imunisasi akan menghambat perkembangan penyakit di kalangan masyarakat. Dengan demikian imunisasi memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.
Imunisasi adalah sebagi alat pencegahan penyakit menular. Imunisasi program utama suatu Negara. Di Indonesia, imunisasi merupakan andalan program kesehatan, diatur oleh negara dalam hal ini Departemen Kesehatan.
Program imunisasi di Indonesia, dapat dijabarkan :
a.      Imunisasi Rutin
Diberikan kepada bayi dibawah umur satu tahun, wanita usia subur, yaitu wanita berusia 15 hingga 39 tahun termasuk ibu hamil dan calon pengantin. Vaksin yang diberikan pada imunisasi rutin melipui, pada bayi : hepatitis, B, BCG, polio, DPT, dan campak. Pada usia anak sekolah : DT (Difteri Tetanus), campak, dan Tetanus Toksoid, sedangkan pada wanita usia subur diberikan Tetanus Toksoid
b.      Imunisasi Tambahan
Akan diberikan bila diperlukan. Imunisasi ini diberikan pada bayi dan anak usia sekolah dasar. Imunisasi tambahan sering dilakukan misalnya ketika terjadi suatu wabah penyakit tertentu dalam wilayah dan waktu tertentu. Misalnya, pemberian polio pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan pemberian imunisasi campak pada usia sekolah.
c.       Vaksin yang diberikan secara gratis oleh pemerintah diantaranya.
1.      Hepatitis B
2.      Diphterin
3.      Pertusis
4.      Tetanus
5.      Polio
6.      BCG
7.      Campak

2.2    Jenis Penyakit
Vaksin yang diberikan secara gratis oleh pemerintah hanya untuk tujuan  antingen dasar penyakit menulat
  1. VAKSIN BCG
VAKSIN BCG adalah  vaksin untuk mencegah penyakit tuberkolosis atau lebih dikenal dengan istilah
Penyakit TBC.Penyakit TBC merupakan  penyakit infeksi  yang disebabkan olek sejenis bakteri yang berbentuk batang yang disebut Mycobacterium tubercolosis. M tubercolosis juga dikenal dengan sebutan Basil Tahan Asam, atau disingkat sebagai BTA. Apabila seseorang yang diduga menderita TBC setelah diperiksa dengan mikroskop didapatkan kuman BTA dalam dahaknya,berati orang tersebut positif mengidap penyakit TBC aktif dan disebut pula sebagai BTA positif.
Secara teori, Mycobacterium tubercolosis bisa menyerang sebagai alat atau organ tubuh yang penting.paru-paru, TBC juga bisa menyerang tulang, selaput otak, usus, kelenjar getah bening, dan lain sebagainya.
Ada tiga jenis kuman Mycobacterium tubercolosis, yaitu Mycobacterium bovis yang menyebabkan penyakit hewan pada sapi perahan,Mycobaterium tubercolosis sendiri, dan Mycobacterium leprae yaitu penyebab penyakit lepra atau kusta.
Kuman TBC  itu sendiri ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Tanggal penemuannya , selalu diperingati sebagai Hari TBC Dunia, yakni tanggal 21 Maret.
TBC merupakan penyakit yang bayak dijumpai di Indonesia. Kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia, utamanya melalui paru-paru dengan cara menghirup udara yang terkontaminasi dengan kuman TBC. Anak-anak yang terpapar oleh kuman TBC untuk pertama kalinya, akan menderita penyakit TBC yang dikenal dengan sebutan komplek primer. Kuman yang berhasil ditangkap disalurkan pernapasan bronkhus, lalu diserat ke dalam kelenjar life. Namun, karena kuman TBC mala bisa menginfeksi kelenjar limfe.
Suatu saat apabila pertahanan tubuh melemah, biasanya ketika menjelang dewasa, misalnya karena stres, kurang gizi, dan lain sebagainya, maka kuman TBC ini bisa berkembang. Pada anak-anak penyakit TBC dapat menimbulkan komplikasi, menjalar ke otak dan menimbulkan meningitis (meningitis tubercolosa).Penyakit ini sangat berbahaya, karena menimbulkan kematian dan kelainan saraf apabila survive dan dapat menimbulkan kecacatan yang permanen
Penyakit TBC paru dapat dicega dengan berbagai cara,mulai dari perbaikan lingkungan rumah seperti sirkulasi udara, pengaturan kepadatan persatuan rumah (satu kamar dihuni tidak boleh lebih dari 4 orang), gizi yang baik, serta tentu saja imunisasiatau vaksin BSG atau Bacille Calmette Geurin.
Bayak penelitian dilakukan terutama mempertanyakan kontroversi efektivitas pemberian BCG. Di beberapa negara maju, vaksin BCG tidak dimasukan sebagai program resmi, karena dianggap penyakit TBC sudah menurun akibat perbaikan sanitasi, kualitas perumahan, dan perbaikan gizi. Indonesia termasuk negara yang memasukan vaksin BCG kedalam program imunisasi.
Daya kekebalan yang ditemukan oleh vaksin BCG amat bervariasi. 85 persen kekebalan yang telah ditimbulkan oleh pemberian vaksin BCG semasa lahir akan menurun efektifitasnya ketika anak menjelang dewasa.
Kini dunia sedang melakukan penelitian untuk mendapatkan vaksin BCG yang baru yang lebih efektif.

  1. TOKSOID DIPHTERI
Diphteria adalah penyakit akut saluran napas bagian atas yang sangat mudah menular. Penularannya melalui droplet (percikan ludah atau cairan dari wilayah mulut dan hidung) yang melayang-layang di udara dalam sebuah ruangan dengan penderita atau melalui kontak memegang benda yang terkontaminasi oleh kuman diphteria. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Corynebacterium diphteriae. Kuman yang tidak dapat bergerak ini tahan dalam beberapa minggu dalam air, suhu dingin(es), serta lendir yang mengering.
Penyakit ini ditandai dengan adanya pertumbuhan membran (pseudomembran) berwarna putih keabu-abuan, yang berlokasi utamanya di nasofaring atau daerah tenggorokan. Membran tersebut dapat menutup saluran napas dalam waktu sangat singkat dalam hitungan jam hingga hari. Lokasi pseudomembran, selain di faring juga bisa di trachea-saluran napas di bawah tenggorokan, hidung, dan di tonsil. Penyakit ini pertama kali pernah dilaporkan pada tahun 1550 BC di Mesir. Dalam bahasa Latin difteria artinya tanned skin atau kulit yang dimasak jadi bentuknya menebal dan beku.
Selain merusak sel mukosa tenggorokan bagian atas,toksin atau racun juga dapat merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf. Penyakit ini pada dasarnya merupakan ancaman bagi negara maju maupun negara berkembang. Anak-anak dengan gejala demam disertai gejala membran yang tampak putih keabu-abuan pada daerah tenggorokan bagian atas harus ditanyakan ke dokter apalagi kalau tidak memiliki riwayat pernah mendapat imunisasi difteri.
Secara umum gejala penyakit difteri ditandai dengan adanya demam yang tidak terlalu tinggi, kemudian tampak lesu, pucat, nyeri kepala, anoreksia (gejala tidak mau makan), dan tampak lemah sekali. Gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas pilek, napas yang sesak dan berbunyi yang dinamakan stridor.
Beberapa studi AS dan Eropa menunjukan bahwa bayak orang dewasa masih rentan terhadap penyakit difteri ini. Penelitian juga memberikan indikasi adanya perbedaan tingkat kekebalan yang berkaitan dengan jadwal imunisasi. Jadwal imunisasi difteri yang tidak diikuti akan memberikan tingkat kekebalan yang berbeda.
Secara alamiah manusia adalah satu-satunya tempat persinggahan C. diphteriae, agar kuman difteri bisa bertahan di muka bumi ini. Manusia dikenal sebagai natural host dari bakteri C. diphteriae. Penularan hanya terjadi melalui kontak dari orang ke orang. Untuk pengobatan bisa menggunakan ADS (Anti Diphterie Serum) dan sekaligus diberi antibiotik. Untuk pencegahannya vaksin difteri diberikan secara bersama dengan vaksin pertutis dan tetanus toxoid,yang ketiganya dikenal sebagai vaksin trivalen yaitu DPT (difteri, pertusis, dan tetanus).
Pemberian toksoid difteri dapat merangsang timbulnya kekebalan, oleh sebab itu dapat di anggap sebagai vaksin.

  1. VAKSIN PERTUSSIS
Penyakit pertusis tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah padat. Dalam satu keluarga penyakit ini dapat menular dengan cepat dari satu anak ke anak lainnya. Cara penularan dikenal melalui jalan udara atau airborne. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, namun terbayak umur 1 tahun-5 tahun dan entah kenapa laki-laki lebih bayak terserang ketimbang perempuan. Wabah pertulis pertama dilaporkan oleh Guillaume de Baillou di Paris pada tahun 1578.
Penyakit yang dikenal sebagai penyakit batuk rejan, menyerang bronkhus yakin saluran napas bagian atas. Gejala awal biasanya batuk-batuk ringan, pada siang hari. Makin hari makin berat disertai batuk paroksismal selama dua hingga enam minggu.
Anak-anak kan menjadi gelisa, berkeringat, muka merah karena menahan batuk. Gejala lain adalah pilek, serak, anoreksia (tidak mau makan) dan gejala lain yang mirip influenza.
Penyebab penyakit adalah sejenis kuman yang disebut Bordetella pertussis. Kuman ini seperti halnya kuman difteri juga merupakan kuman yang tidak mampu bergerak. Bordetella pertusis  baru behasil disolasi pada tahun 1906.
Pada tahun 1914 untuk pertama kali dicoba membuat vaksin kombinasi antara pertulis dengan difteri dan tetanus atau dikenal sebagai DTP. Namun, pengunaanya secara luas baru dilakukan pada tahun 1948. Pada tahun 1996 diproduksi vaksin pertusis yang baru yang less reactogenic,  yang dikenal sebagai acellular  dan ditandai dengan singkatan a.P.
Program imunisasi di indonesia menggunakan antigen pertusis yang whole cell. Program imunisasi DTP di dunia termasuk indonesi telah berhasil mengurangi wabah dan kejadian pertusis. Vaksin pertusis merupakan salah satu komponen penting dalam gabungan vaksin toksoid DTP atau defteri-pertusis –tetanus. Vaksin pertusis diberikan dalam tiga dosis dengan interval masing-masing delapan minggu. Ketika bayi baru lahir atau neonatus  sudah bisa diberikan, namun dalam praktiknya menunggu hingga bayi berumur dua bulan.


  1. TOSOID TETANUS
   Penyakit tetanus adalah penyakit menular yang tidak menular dari manusia kemanusia langsung. Kadang-kadang C tetapi juga bisa berkembang dalam dalam telinga bagian tangah yang menderita infeksi yang disebut ototis media. Penyakit tetanus dapat berkembang tanpa riwayat luka ditampat lain atau riwayat kecelakan, juga dapat di temukan pada anak setelah di sunat (circumasis) dengan perawatan luka yang kurang baik. Masa inkubasi tetanus, yakni dari saat kemasukan kuman hingga timbul gejala, adalah tiga hari atau tiga minggu, tergantung di mana terdapat lukan. Manifestasi kelinik berupa kejang akibat racun ataun eksotoksin (ekotoksin) tetanus yang di lepaskan oleh closteridia tetani pada masa pertumbuhan aktifitas dalam tubuh manusia. Rhisus sardonikus adalah suatu keadan berupa kejang atau spasme otot wajah dengan alis tertarik keatas, sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat pada gigi.Dalam kondisi demikian penderita juga bisa mengalami asfiksia atau kondisi seperti orang yang lehernya tercekik oleh kerna otot-otot kejang dan sulit bernafas. Tidak semua penderita tetanusmengalami gejala yang sama. Untuk itu ada tiga gejala tetanus yakni :
Tipe pertama penderita hanya mengalami kontraksi otot-otot lokal, jadi tidak mengalami gejala rhisus sardonikus.
Tipe kedua adalah tipe generalized (umum). Hal ini terjadi pada 30 pasien orang yang menderita tetanus.
Tipe ketiga adalah tipe cephalic (tipe susunan syaraf pusat), tipe ini relatif jarang.
Ibu hamil sangat rawan berisiko terkena penyakit tetanus khususnya, ketika melahirkan di rumah oleh paraji atau dukun melahirkan yang kurang terlatih. Penyakit tetanus pada bayi yang baru di lahirkan dikenal sebagai tetanus neonatorum.Diperlukan imunisasi ulang atau booster satu tahun kemudian setelah imunisasi dasar lengkap yaitu DPT tiga kali tepatnya pada usia 18 bulan, serta di berikan lagi ketika usia sekitar lima tahun (kira-kira tiga tahun setelah buster petama) dan selanjutnya setelah lima tahun diberikan bersama toksoid difteria (tanpa pertusis) atau lazim di kenal dengan vaksin DT.
  1. VAKSIN POLIO
   Polio atau panyakit infeksi yang menyebabkan kelumpuhan kaki. Sebenarnya kelumpuhan yang disebabkan oleh viru polio ini, dapat pula melumpuhkan otot-otot badan serta anggota tubuh lainya. Yang paling sering, virus ini menyebabkan kelumpuh kaki sebelah. Seperti kita ketahui, virus polio masuk kedalam tubuh melalui saluran pencernaan. Misalnya saja ketika seseorang minum air sungai yang terkandung virus, maka virus tersebut akan menempel pada dinding usus halus, menggandakan diri masuk kesistem syaraf menimbulkan kerusakan dan kelumpuhan.
   Polio adalah penyaki akut yang disebabkan oleh tiga serotipe (jenis) virus polio, yaitu virus dengan kode p1        
Virus dengan kode P1, P2, dan P3. Polio tipe 1 dikenal sebagai virus yang paling ganas di antara teman-temannya. Bila berhasil masuk ke dalam sel dinding usus, maka akan berkembang dalam sel-sel dinding usus dan kemudian merusak sel syarafyang menyebabkan lumpuh layuh. Sebuah penelitian mengatakan sekitar 72 persen di perkirakan tanpa gejala, 24 persen dengan gejala minor, dan hanya 1 persen akan menderita lumpuh layuh.
   Gejala awal penyakit polio tidak khas, yakni hamya menderita demam malaise (lemah), muntah, sakit tenggorokan, kontifasi atau mengalami kesulitan buang air besar sakit perut, mual, dan pusing. Namun, kalau ada anak mengalami gejala yang telah di sebut tadi belum tentu mendirita penyakit polio.
   Penyakit polio sangat menular. Secara teori bisa menyerang semua umur, namun anak-anak lebih sering. Cara penularannya seperti telah disinggung adalah melalui rute fecal oral. Fecal oral artinya melalui rute mual-mual dan tinja atau kotoran anak yang memiliki virus dalam ususnya dan dibuang tidak pada tempatnya, misalnya disungai atau di halaman. Kemudian tinja yang mengandung virus tadi mengontaminasi maknan maupun miniman, air minun biasa, susu yang di buat dalam gelas atau tempat minum yang dicuci dengan air tidak bersih, maupun makanan lainya. Kemudian virus polio yang masuk kedalam usus akan berkembang biak dalam sel-sel dinding usus, dan dikeluarkan atau diekskresikan bersama kotoran pederita polio (tinja) dan seterusnya.
   Di dalam tubuh manusia virus ini akan menyerang susunan syaraf, terutama medula spinalis yakni syaraf tulang belakang dan menyebabkan kelumpuhan otot-otot kaki secara permanen. Virus juga dapat menyerang susunan syaraf pusat (otak). Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa penyakit polio umumnya di kaitkan dengan sanitasi yang buruk.
   Reservoir utama dari virus ini madalah manusia, sehingga kalau seluruh manusia dibuat kebal, maka virus ini tidak akan memiliki kesempatan hidup di dunia dan akan punah. Pemberian vaksin polio dianjurkan semuda mungkin. WHO merekomendasikan sejumlah empat kali pemberian yaitu, ketika bayi baru lahir atau at birth, yang kedua dan seterusnya diberikan ketika berumur enam minggu, 10 minggu, dan 14 minggu terutama pada daerah endemik polio dan negara yang dikategorikan sebagai recently polio endemic seperti Indonesia.

  1. VAKSIN CAMPAK (“MEASLES”)
Penyakit campak juga termasuk penyakit “toea” atau kuno. Catan “dokter” Rhazes dari persia atau di kenal juga sebagai Abu Bakar yang hidup pada abad 10 menceritakan adanya campak. Orang-orang yang hidup pada abad 17 sudah bisa membedakan antara penyakit campak dengan penyakit cacar. Namun, upaya pengembangan vaksin campakbaru di mulai pada tahu 1911. Kini dunia sepakat untuk melakukan eradikasi campak. Pertemuan di Cape Town, Afrika Selatan, pada tahun 2003 mengonfirmasikan hal tersebut (penulis hadir dalam pertemuan tersebut).
   Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk kedalam genus Morbilivirus dan keluarga Paramyxoviridea.Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan menular di udara melalui sistem pernafasan, terutama percikan ludah (atau cairan yang keluar ketika seseorang bersin, batuk, atau berbicara) seorang penderita. Masa inkubasi penyakit ini berkisar sekitar 10 hingga 12 hari, kadang-kadang hingga 2-4 hari. Gejala awal berupa demam, mmalaise atau lemah, gejala conjunctivitis dan coryza atau kemerahan pada mata seperti halnya sakit mata, serta gejala radang trakheobronk.    


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan dan Saran
Imunisasi merupakan salah satu upaya manusia yang tidak berkesudahan. Upaya ini pada dasarnya, merupakan naluri bertahan umat manusia dari ancaman penyakit yang setiap hari mengancam kita. Pada dasarnya imunisasi merupakan pencegahan penyakit menular yang tepat dan benar. Imunisasi hendaknya diperhatikan oleh setiap manusia, terutama pra ibu agar senantiasa membawa anaknya ke pusat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi, karena anak-anak terutama bayi rentan terhadap penyakit-penyakit yang telah disebutkan / diuraikan pada bab sebelumnya.
»»  Baca Selengkapnya....

SUSUNAN SARAF PUSAT


BAB II
SUSUNAN SARAF PUSAT

SUSUNAN SARAF PUSAT. Susunan ini terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, dan urat-urat saraf atau saraf-cabang yang tumbuh dari otak dan sumsum tulang belakang tadi, yang disebut urat saraf periferi (urat saraf tepi). Jaringan saraf membentuk salah satu dari empat kelom-pok jaringan utama pada tubuh.
Sel — sel saraf berpadu dan membentuk apa yang disebut Substansi ke-labu dalam sistem ini, seperti yang dijumpai dalam kortex otak, dan pada bagian dalam sumsum tulang belakang.
 








Serabut saraf atau axon memben­tuk Substansi putih. Perbedaan warna ini terjadi karena axon atau serabut penghantar diselirriuti seje-nis sarung yang terbentuk dari bahan seperti lemak, yang mempunyai fungsi melindungi, memberi makan dan memisahkan serabut-serabut sa­raf yang satu dari yang lainnya. (li­hat gambar 199).
Sebuah sel saraf berikut axonnya dan prosesus lainnya, membentuk sebuah neuron. Pada saat pemben-tukan batang saraf, serabut-serabut saraf disusun menjadi berkas-ber-kas yang disebut fasikuli.

Sebuah Serabut saraf mempunyai kemampuan konduktivitas (peng-hantar) dan exsitabilitas (dapat dirangsang). Serabut saraf berkemam-puan memberikan reaksi atas rangsangan dari sumber luar, seperti, rang­sangan mekanik, elektrik, kimiawi atau fisik; yang menimbulkan impuls yang dihantarkan melalui serabut saraf. Sebuah impuls saraf selalu dihan­tarkan melalui dendrit ke sel, lantas dari sel ke axon. Proses sedemikian disebut dalil penghantaran maju. Dengan cara yang sama, sebuah impuls dapat juga melintasi sejumlah neuron.
 













impuls motorik yang dibangkitkan dalam salah sebuah sel piramidal paia daerah motorik dalam kortex, melintasi axon atau serabut saraf yang sewaktu menyusui sumsum tulang belakang, berada di dalam substansi putih. Axon itu mengait dendrit sel saraf motorik pada kornu anterior sum-sum tulang belakang. Kemudian impuls merambat pada axon sel-sel tersebut, yang membentuk serabut-serabut motorik akar anterior saraf sumsum tulang belakang, dan dihantar kepada tujuan akhirnya dalam otot.
Impuls sensorik diterima oleh ujung-ujung saraf dalam kulit, melintasi se­rabut saraf (dendron) menuju sel sensorik dalam ganglion akar posterior, dan kemudian, melalui axon sel-sel ini masuk ke dalam sumsum tulang belakang, lantas naik menuju sebuah nukleus dalam medula oblongta, dan akhirnya dikirimkan ke otak. (Lihat jalur lintas saraf sensorik, halaman 299). Serabut saraf yang bergerak ke dan dari berbagai bagian otak, dike-lompokkan menjadi berkas-berkas saluran tertentu dalam sumsum tulang belakang.
Ada tiga jenis batang-batang saraf yang dibentuk oleh saraf serebro — spi­nal:
(1)  Saraf motorik atau saraf eferen yang menghantarkan impuls dari otak dan sumsum tulang belakang ke saraf periferi (tepi)
(2)  Saraf sensorik atau saraf aferen yang membawa impuls dari periferi
menuju otak
(3)  Batang saraf campuran yang mengandung baik serabut motorik,
maupun serabut sensorik, sehingga dapat menghantar impuls dalam
dua jurusan. Saraf-saraf pada umumnya adalah dari jenis yang terakhir ini.
Selain itu ada juga serabut-serabut saraf yang menghubungkan berbagai pusat saraf dalam otak dan sumsum tulang belakang. Serabut-serabut sa­raf ini disebut serabut saraf asosiasi atau serabut saraf komisural.

 







2.1  M E N I N G I A
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningia yang melindungi struktur saraf yang halus itu, membawa pembuliih darah ke situ, dan dengan sekresi sejenis cairan, yaitu cairan serebrospinal memperkecil benturan atau goncangan. Meningia terdiri dari tiga la­pis.
Pia Mater yang menyelipkan dirinya ke dalam celah yang ada pada otak dan sumsum tulang belakang, dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat tadi dengan demikian menyediakan darah untuk struktur-struktur ini.
Arakhnoid yang merupakan selaput halus yang memisahkan pia mater dari dura maier.
Dura mater yang padat dan keras, terdiri dari dua lapisan. Lapisan luar yang melapisi tengkorak, dan lapisan dalam yang bersatu dengan lapisan luar, kecuali pada bagian tertentu, di mana sinus-venus terbentuk, dan di mana dura mater membentuk bagian-bagian berikut: Falx serebri yang ter-letak di antara kedua hemisfer otak. Tepi atas falx serebis membentuk si­nus longitudinalis superior atau sinus sagitalis superior yang menerima da­rah vena dari otak, dan tepi bawah falx serebri membentuk sinus longitu­dinalis inferior atau sinus sagitalis inferior yang menyalurkan darah keluar falx serebri. Tentorium Serebeli memisahkan serebelum dari serebrum.
Diafragma sellae, adalah sebuah lipatan berupa cincin dalam dura ma­ter dan yang menutupi sela tursika, yaitu sebuah lekukan pada tulang sfenoid, yang berisi hipofisis.
Meningitis adalah peradangan pada meningia, yang mempunyai gejala-gejala berupa bertambahnya jumlah dan berubahnya susunan cairan sere-bro - spinal (CSF). Infeksi yang terjadi mungkin disebabkan bakten atau virus; dan diagnosa dapat dilakukan dengan memeriksa cairan serebro spinal yang diambil melalui punksi lumbal .
Sistem ventrikuler terdiri dari beberapa rongga dalam otak yang berhubungan satu sama lain. Ke dalam rongga-rongga itulah plexus khoroid menyalurkan cairan serebro  spinal. Plexus khoroid dibentuk oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat halus dan ditutupi oleh bagian pia mater yang membelok ke dalam ventrikel dan menyalurkan cairan serebrospinal.
Kedua ventrikel laterak, masing-masing berada satu pada tiap hemisfer otak, dan bersambung dengan ventrikel ketiga yang terletak pada garis te-ngah antara kedua talamus. Ventrikel ketiga bersambung dengan ventri­kel keempat yang terdapat di antara serebelum, pons dan medula oblo-ngata, melalui saluran kecil, aqueduktus serebri. Celah-celah pada atap ventrikel keempat memungkinkan cairan serebro — spinal memasuki ruang subarakhnoid yang mengelilingi keseluruhan otak dan sumsum tu­lang belakang.
Cairan serebro — spinal adalah hasil sekresi plexus khoroid (. Cairan ini bcrsifat alkali, bening mirip plasma. Tekanannya ada­lah 60 sampai  140 mm air.
Sirkulasi cairan serebro — spinal. Cairan ini disalurkan oleh plexus khoroid ke dalam ventrikel-ventrikel yang ada di dalam otak; cairan itu mosuk ke dalam kanalis sentralis sumsum tulang belakang dan juga ke da­lam ruang subarakhnoid melalui celah-celah yang terdapat pada ventrikel keempat.
Setelah itu cairan ini dapat melintasi ruangan di atas seluruh permukaan otak dan sumsum tulang belakang hingga akhirnya kembali ke sirkulasi ve­na melalui granulasi arakhnoid (granulatio arfachnoidalis) pada sinus sa-gitalis superior (lihat gambar 202).
Oleh karena susunan ini maka bagian saraf otak dan sumsum tulang belakang yang sangat halus, terletak di antara dua lapisan cairan — lapisan cairan sebelah dalam yang merupakan isi dari ventrikel-ventrikel otak dan saluran pusat sumsum tulang belakang, dan lapisan cairan sebelah luar
 













Garis-garis besar berupa diagram yang menunjukkan kedudukan ruang-ruang yang berisi cairan — Ruang Sub-Arakhnoid, Ventrikel dan Canalis Spinalis — yang berada di dalam dan sekitar Otak dan Sumsum Tulang Belakang.
yang berada dalam ruang subarakhnoid. Dengan adanya kedua "bantalan air" ini, maka sistem persarafan terlindung baik.
Fungsi cairan serebro spinal. Cairan ini bekerja sebagai bufer, melin-dungi otak dan sumsum tulang belakang. Menghantarkan makanan ke jaringan sisteni persarafan pusat.
Punksi lumbal. Oleh karena sumsum tulang belakang berakhir pada ke­tinggian vertebra lumbalis pertama atau kedua dan ruang subarakhnoid memanjang terus hingga ketinggian vertebra sakralis kedua, maka contoh

cairan serebro — spinal dapat disedot keluar dengan menyuntikkan jarun'i punksi lumbal ke dalam ruang subarakhnoid di antara titik-titik ini, dar^ tindakan ini disebut punksi lumbal.
Pemeriksaan cairan serebro — spinal yang dilakukan dengan cara itu da-pat mengungkapkan keterangan penting tentang kemungkinan adanya meningitis dan perdarahan subarakhnoid pada otak.

2.2  BAGIAN-BAGIAN OTAK
Perkembangan. Otak terletak di dalam rongga kranium tengkorak. Otak berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran, otak   p.wal, yang disebut otak depan, otak tengah dan otak belakang. Jadi: Otak depan,      menjadi  belahan  otak   (hemispheium   cerebri),   korpus striatum dan talami (talamus   dan hipotalamus) Otak tengah,     otak tengah (diensefalon)
Otak belakang, pons Varolii                           Ketiga bagian ini membentuk
medula            oblongataL                              Batang Otak
serebelum                                (lihat halaman 286 dan gam-
bar 207).
Serebrum mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak, yang masing-masing disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah (lihat gam- bar 38, halaman 45).









Serebrum terdiri dari dua belahan (hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu) dan serabut saraf (substansi putih). Lapisan luar subtansi kelabu disebut kortex (lihat di bawah). Kedua hemisfer otak itu dipisahkan oleh celah yang dalam, tapi bersatu kembali pada bogian bawahnya melalui korpus kalosum, yaitu massa substansi putih yang ter­diri dari serabut saraf. Di sebelah bawahnya lagi terdapat kelompok-ke-lompok substansi kelabu atau ganglia basalis (lihat halaman 284).
Berbagai daerah pada otak. Fisura-fisura dan sulkus-sulkus membagi he­misfer otak menjadi beberapa daerah. Kortex serebri bergulung-gulung dan terlipat secara tidak teratur, sehingga memungkinkan luas permukaan substansi kelabu bertambah. Lekukan di antara gulungan-gulungan itu disebut sulkus, dan sulkus yang paling dalam membentuk fisura longitudi-nalis dan lateralis. Fisura-fisura dan sulkus-suikus ini membagi otak dalam beberapa daerah atau "lobus" yang letaknya sesuai dengan tulang yang berada di atasnya, seperti lobus frontalis, temporalis, perietalis dan oksi-pitalis.
Fisura longitudinalis adalah celah dalam pada bidang medial yang mem­bagi serebrum menjadi hemisfer kanan dan kiri. Sekeping tipis dura mater yang disebut falx serebri menyelipkan dirinya ke dalam fisura itu (lihat gambar 188). Dengan cara yang sama sebagian kecil dura mater, yang dise­but flax serebeli, membagi serebelum menjadi hemisfer kanan dan kiri.
Sulkus lateralis, atau fisura Silvius, memisahkan lobus temporalis dari lobus frontalis (pada sebelah anterior) dan dari lobus parietalis pada se­belah posterior (lihat gambar 204, bawah).

 


Sulkus sentralis atau fisura Rolandi memisahkan lobus frontalis dari lobus parietalis. Lobus oksipitalis terletak di belakang lobus parietalis dan bersandar pada tentorium serebeli — yaitu sebuah lipatan dura mater yang memisahkan fosa kranialis tengah fosa kranialis posterior di bawahnya.
Kortex serebri terdiri dari banyak lapisan sel saraf; yang adalah substan-si kelabu serebrum. Kortex serebri ini tersusun dalarn, banyak gulungan-gulungan dan lipatan yang tidak teratur, dan dengan demikian menambah daerah permukaan kortex serebri, persis sama seperti melipat sebuah benda yang justru memperpanjang jarak sampai titik ujungnya yang sebenarnya.
Substansi putih terletak agak lebih dalam dan terdiri dari serabut saraf milik sel-sel pada kortex.
Kortex serebri dibagi menjadi beberapa daerah, sebagian memiliki fungsi motorik, dan sebagiannya lagi mempunyai fungsi sensorik.
Daerah motorik terletak persis di depan sulkus sentralis (lihat gambar 204), dan memanjang terus hingga sulkus lateralis. Daerah motorik ini pada kortex, mengandung sel-sel besar yang merupakan awal jalur mo­torik yang mengendalikan gerakan pada sisi lain dari tubuh. Keseluruhan tubuh justru dilukiskan terbalik yaitu: berturut-turut dari atas ke bawah adalah daerah motorik yang mengendalikan anggota badan bawah, badan, anggota badan atas, leher dan akhirnya kepala, seperti yang diperlihatkan dalam gambar 205.
Bagian paling bawah pada kortex motorik disebut Daerah Broca dan mempunyai hubungan dengan kemampuan bicara pada seseorang. Pada orang-orang yang lazim menggunakan anggota badannya yang sebelah kanan, Daerah Broca terletak pada sisi kiri hemisfer, sebaliknya pada orang-orang kidal, Daerah Broca terletak pada sisi kanan hemisfer.
Kortex sensorik terletak persis di belakang sulkus sentralis. Di sini ber-bagai sifat perasaan (lihat Gambar 204 dan 205) dirasakan dan lantas di-tafsir.
Daerah auditorik (pendengaran) terletak pada lobus temporalis, persis di bawah fisura longitudinalis. Di'sini kesan atas suara dit.erima dan ditaf-sirkan.
Daerah visuil (penglihatan) terletak pada ujung lobus oksipitalis yang menerima bayangan serta kesan-kesan untuk ditafsirkan.
Pusat pengecapan dan penrinmani terletak agak di sebelah depan pada lobus temporalis.
Substansi putih pada hemisfer otak terdiri dari serabut saraf yang ber-gerak ke dan dari kortex, dan menyambungkan berbagai "pusat" pada otak dengan sumsum tulang belakang.
Ganglia Basalis; Sebagaimana telah diuraikan di depan, beberapa ke-lompok kecil substansi kelabu yang disebut ganglia atau nuklei basalis, ter-benam dalam massa substansi putih pada setiap hemisfer otak. Dua dari antaranya dalah nukleus kaudatus dan nukleus lentiformis, dan kedua-duanya bersama membentuk korpus striatum. Struktur ini berhubungan erat dengan massa substansi kelabu yang lain, yaitu talamus yang terletak di tengah-tengah struktur itu. Ada kemungkinan besar bahwa sistem nu­kleus dan serabut ini, yang merupakan bagian sistem ekslra-piramidal, mempengaruhi tonus dan sikap tubuh, menyatukan dan menyesuaikan ge-rakan-gerakan otot-sadar utama, j ang merupakan tugas jalur motorik de-sendens yang besar, atau sistem piramidal.
Talamus terutama berkenaan dengan penerimaan impuis sensorik, yang dapat ditafsirkan pada tingkat subkortikal, atau disalurkan pada daerah sensorik kortex otak, dengan tujuan mengadakan kegiatan penting menga-tur perasaan dan gerakan pada pusat-pusat tertinggi.
Hipotalamus. Pada daerah-dasar atau lunas ventrikel ketiga, terdapat be­berapa nukleus tertentu yang merriiliki kegiatan fisiologik yang tertentu juga

 








Beberapa di antaranya mempunyai hubungan dengan sistem saraf oto-nom yang membentuk "bagian tertinggi pada sistem itu". Beberapa nu-kleus juga mempunyai hubungan dengan lobus posterior — kelenjar hipofi-sis pada sistem endokrin, di mana nukleus-nukleus itu melakukan pengen-dalian. Fungsi-fungsi seperti pengaturan suhu tubuh, lapar dan haus diatur oleh pusat-pusat dalam hipotalamus.
Gangguan pada daerah-daerah ini menyebabkan tremor atau gemetaran pada saat tidak bergerak, dan apabila bergerak maka gerakan akan menja-di kaku. Sebuah contoh klasik adalah Penyakit Parkison atau paralisis agitans, yaitu keadaan progresif yang bermula pada saat-saat seseorang mengiiijak masa setengah umur. Gangguan itu nampak berupa kepala te-gang dan kaku, badan membungkuk, lengan dengan jarijemari yang kaku menggelantung di samping, jempol mendekati jari-jari lain laksana meng-gelintir pil secara ritmik. Paha kaku dan agak susah bergerak. Pasien yang menderita sakit ini hanya mampu melangkah dengan langkah-Iangkah per-dek dan pelan. Kulit muka halus laksana topeng, tanpa adanya kerutan, Cara bicara pun perlahan dan monoton. Akhir-akhir ini pembedahan ganglia basalis telah melahirkan perkembangan yang menggembirakan pada ka-sus-kasus tertentu.
Kapsula Interna terbentuk oleh berkas-berkas serabut motorik dan senso-rik yang menyambung kortex serebri dengan batang otak dan sumsum tu-lang belakang. Pada saat melintasi pulau-pulau substansi kelabu, berkas-berkas saraf ini berpadu satu sama lain dengan eratnya.
Trombosis arteri yang melayani kapsula interna, dapat menimbulkan kerusakan pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia); kerusakan serebro-vas-kuler seperti itu discbut "stroke" (lihat Catatan Klinik halaman 298).
Kortex adalah asal semua impuls motorik yang mengendalikan otot tu-lang-tulang.
Kortex juga merupakan daerah-akhir untuk menerima semua impuls sa­raf sensorik yang masuk guna dinilai dan ditafsirkan, termasuk sensibilitas kulit sentuhan, sakit, tekanan, suhu, getaran, jaringan, bentuk dan ukuran serta sensibilitas otot dan sendi
Batang otak terlihat dari otak tengah (diensefalon) pons varoli dan medulla oblongata.
Otak tengah ( diensefalon ) merupakan bagian ats batang otak. Aque duktus serebri yang menghubungkan ventrikel ketiga dan ke empat melintasi melalui otak tengah ini. Otak tengah dapat juga dibagi dalam 2 tingkat :
1.          Atap yang mengandung banyak pusat-pusat reflek yang penting untuk penglihatan dan pendengaran
2.          Jalur motorik yang besar, yang turun dari kapsula interna melalui bagian dasar otak tengah, menurun terus melalui pons dan medula oblongata menuju sum-sum tulang belakang
 Jalur lintas sensorik, dalam perjalanannya dari sum-sum tulang belakang, medula dan pons, mendaki melalui bagian otak tengah ini sebelum memasuki talamus atau kapsula interna, guna mencapai penyebaran – akhirnya dalam kortex sensorik hemisfer serebri
Otak tengah mengandung pusat-pusat yang mengendalikan keseimbangan dan gerakan-gerakan mata
Pons Varoli merupakan bagian tengah batang otak dank arena itu memiliki jalur lintas naik turun seperti pada otak tengah. Selain itu juga terdapat banyak serabut yang berjalan menyilang pons untuk menghubung-
kan kedua lobus serebelum; dan menghubungkan serebelum dengan kortex
serebri.           
Medula oblongata membentuk bagian bawah batang otak serta meng­hubungkan pons dengan sumsum tulang belakang. Medula oblongata ter-letak dalam fosa kranialis posterior dan bersatu dengan sumsum tulang belakang tepat di bawah foramen magnum tulang oksipital.
Sifat-sifat utama medula oblongata adalah bahwa di situ jalur motorik desendens (menurun) melintasi batang otak dari sisi yang satu menuju sisi yang lain. Hal ini disebut dekusasio motorik. Perpotongan seperti di atas yang dilakukan jalur sensorik pada medula, juga terjadi, dan disebut deku­sasio sensorik.
Medula oblongata mengandung nukleus atau badan sel dari berbagai sa-raf otak yang penting. Selain itu medula mengandung "pusat-pusat vital" yang berfungsi mengendalikan pernapasan dan sistem kardio-vaskuler. Oleh karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam batang otak, dapat membawa akibat yang sangat serius.
Serebelum adalah oagian terbesar dari otak belakang. Serebelum me-
nempati fosa kranialis posterior dan diatapi oleh tentorium-serebeli, yavig
merupakan lipatan dura mater yang memisahkannya dari lobus oksipitalis
serebri.           
Rongga ventrikel kecmpat memisahkan serebelum dari pons dan medula oblongata. Sebuah celah yang dalam memisahkan serebelum menjadi dua hemisfer, hemisfer kiri dan kanan; dan ke dalam celah itulah falx serebeli, yang merupakan sebuah lipatan dura mater lain, menyelipkan dirinya.
Susunan substansi kelabu dan putih pada serebelum sama seperti susun-an yang terdapat pada serebrum, yaitu dengan substansi kelabu berada di permukaan. Permukaan itu berbukit-bukit dan berlipat-lipat dalam belitan Dan fisura antara tumpukan-tumpukan pada serebelum sangat rapat satu sama lain, dibandingkan dengan sulkus pada kortex serebri.
Serebelum mempunyai hubungan dengan berbagai bagian lain sistem persarafan. Tetapi hubungannya yang terutama adalah dengan hemisfer serebri pada sisi yang lain dan dengan batang otak. Selain itu serebelum menerima serabut dari sumsum tulang belakang dan berhubungan dengan pusat-pusat refleks penglihatan pada atap otak tengah (diensefalon), de­ngan talamus dan dengan serabut-serabut saraf pendengaran.
Fungsi serebelum adalah untuk mengatur sikap dan aktivitas sikap ba­dan. Serebelum berperanan penting dalam koordinasi otot dan menjaga ke-seimbangan. Bila serabut kortiko-spinal yang melintas dari kortex serebri ke sumsum tulang belakang mengalami penyilangan (lihat atas), dan de- . ngan demikian mengendalikan gerakan sisi yang lain dari tubuh, maka he­misfer serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri.

Cedera unilateral pada serebelum mengakibatkan gangguan pada sikap dan tonus otot. Gerakan sangat tidak terkoordinir, seorang pasien yang rnen-derita gangguan tersebut mungkin tidak sanggup memasukkan makanan ke dalam mulutnya sendiri, dan bahkan mengotori mukanya akibat makanan yang tercecer; terombang-ambing sewaktu berjalan dan cenderung untuk jatuh ke arah sisi badan yang mendapat cedera. Semua gerakan sadar dan otot-otot anggota badan menjadi lemah, dan cara bicara pun lambat.

3.3  SARAF-SARAF KEPALA
Ada dua belas pasang saraf kranial. Beberapa daripadanya adalah se-rabut campuran, yaitu gabungan saraf motorik dan saraf sensorik, semen-tara lainnya adalah atau hanya saraf motorik, ataupun hanya saraf senso­rik, misalnya saraf untuk pancaindra.
(1)   Nervus olfaktorius (sensorik), urat saraf penghidu. (Lihat juga ha-
laman 315).
(2)   Nervus optikus (sensorik), urat saraf   penglihat. (Lihat juga ha-
laman 316-322).
(3)   Nervus okulo-motorius melayani sebagian besar otot externa mata.
Juga menghantar serabut-serabut saraf parasimpatis untuk mela­
yani otot siliari dan otot iris. Secara klinis, kerusakan pada saraf ini
akan mengakibatkan ptosis, juling, dan kehilangan refleks terhadap
cahaya dan daya akomodasi.
(4)  Nervus trokhlearis (motorik) ke arah sebuah otot mata, yaitu mus-
kulus obliqus externa.
(5)  Nervus Trigeminus.    Inilah saraf otak yang terbesar. Pada hakekat-
nya, nervus trigeminus merupakan urat saraf sensorik yang mela-
yani sebagian bcsar kulit kepala dan wajah; juga melayani selaput
lendir mulut, hidung, sinus paranasalis serta gigi, dan dengan peran-
taraan sebuah cabang motorik kecil, mempersarafi otot-otot pengu-
nyah. Nervus Trigeminus terbagi menjadi tiga cabang utama, yang
bergerak  ke depan dari ganglion trigeminus yaitu: nervus oftal-
mikus, maxilaris dan mandibulans, yang berfungsi menampung sen-
sibilitas dari berbagai daerah wajah, mulut, gigi dan sebagian teng-
korak sebagaimana diperiihatkan pada gambar 208. Juga menyedia-
kan scrabut-serabut sensorik pengecap pada lidah.
Catatan Klinik
Herpes yang menyerang cabang oftalmik, akan berakibat parah bila kornea ikut terserang. Hal ini akan menimbulkan bekas-bekas goresan yang mengakibatkan pendcrita mengalami se-tengah buta, atau buta sama sekali. Serangan herpes dapat menyebabkan post-herpetik neuralgia yang gejalanya berupa rasa sakil yang hebat dan persisten (terus-menerus). Post-herpetik ensefalitis lebih jarang terjadi.
Trigeminal neuralgia dapat mengenai salah satu atau ketiga cabang-cabang saraf trigemi­nus. Rasa sakitnya akut dan paroxismal, dan dalam beberapa kasus sangat melemahkan pen-derita. Keadaan dapat diringankan dengan tindakan pembedahan tertentu, tetapi hal ini akan menimbulkan perasaan tidak enak dan membuat wajah terasa kaku atau kebal, sementara di lain pihak juga agak susah dilaksanakan.
(6)  Saraf" abdusens (motorik), menuju satu otot mata, yaitu rektus la-
teralis.
(7)  Saraf fasialir,. Saraf ini terutama motorik untuk otot-otot mimik (pa­
da wajah) dan kulit kepala (lihat gambar 209). Saraf fasialis juga
merupakan saraf sensorik yang menghantarkan rasa pengecap dari
lidah (lihat halaman 314).                                   •                  ;
Segi-segi Klinis. Paralisa urat saraf fasial dapat disebabkan oleh banyan hal antara lain fraktur tengkorak, tumor, dan poliomielitis yang mengenai otak.
Bell's Palsy adalah gangguan akut pada serabut motorik bawah dari ner­vus fasialis ini. Hal itu akan mengakibatkan bahwa bagian wajah yang ter­serang tidak dapat bergerak, mata selalu terbuka, air mata menggenangi wajah, makanan bertumpuk pada sisi ruang dalam mulut. Kendati keba-nyakan kasus kelumpuhan Bell ini dapat sembuh secara sempurna, sebab kelumpuhan itu sendiri sangat sedikit diketahui.
(8)  Saraf pendengaran atau nervus akustikus (sensorik) untuk pen-
dengaran. Saraf ini terdiri atas dua bagian yaitu nervus kokhlearis,
saraf yang sesungguhnya untuk pendengaran, dan nervus vestibula-
(9) Nervus glosso-faringeics mengandung serabut motorik dan sen-sorik. Serabut motorik menuju salah satu otot konstriktor farinx, sementara sekreto-motorik menuju kelenjar parotis, dan saraf sen-sorik menuju posterior ketiga pada lidah dan sebagian palatum lu-nak.
(10) Nervus Vagus terdiri dari serabut motorik dan sensorik yang fungsi-fungsinya telah disebutkan pada halaman 308 (lihat juga gam-
bar 225, halaman 311).
(11) Nervus aksesorius. Saraf ini terbelah menjadi dua bagian: yang
pertama menyertai vagus menuju larinx dan farinx, yang kedua ada-
lah saraf motorik yang menuju otot sterno - mastoid (nervus ster-
no-kleido-mastoideus) dan otot trapezius.
(12) Nervus hipoglosus (motorik), menuju otot lidah.
 
»»  Baca Selengkapnya....