BAB
II
PEMERIKSAAN
FISIK PADA ORANG DEWASA
Untuk regulasi panas
tubuh diperlukan kosentrasi sodium dan kalsium yang cukup, terutama didalam dan
disekitar Hipotalamus posterior. Variasi suhu orang yang sehat berkisar 0.7
derajat Celcius dari normal (1.4 F).
2.1 Faktor-faktor yang
mempengaruhi suhu tubuh yaitu antara lain :
- Umur:
Bayi yang baru lahir sangat dipengaruhi keadaan lingkungan
sekitarnya, maka dari itu harus dilindungi dari perubahan iklim yang dapat
berubah dengan cepat. Anak-anak mempunyai suhu yang lebih labil dari pada orang
dewasa.
UMUR
|
SUHU (Celcius)
|
SUHU (Fahrenheit)
|
Bayi baru lahir
|
36,1-37,7
|
97-100
|
2tahun
|
37,2
|
98,9
|
12tahun
|
37
|
98,6
|
Dewasa
|
36
|
96,8
|
- Aktifitas tubuh
Aktifitas otot dan proses pencernaan sangat mempengaruhi suhu
tubuh. Pada pagi hari jam 04.00 - 06.00 suhu tubuh paling rendah, sedangkan
sore hari sekitar jam 16.00 - 20.00 yang paling tinggi, perubahan suhu berkisar
antara 1.1 -1.6 C (2-3 F).
- Jenis Kelamin
Wanita lebih efisien dalam mengatur suhu internal tubuh dari pada
pria, hal ini disebabkan karena hormon estrogen dapat meningkatkan jaringan
lemak. Meningkatnya progesteron selama ovulasi akan meningkatkan suhu wanita
sekitar 0.3 - 0.5 C (0.5 - IF) sedangkan estrogen dan testoteron dapat
meningkatkan Basal Metabolic Rate.
- Perubahan emosi
Emosi yang meningkat akan menambah kadar Adrenalin dalam tubuh
sehingga metabolisme meningkat dan suhu tubuh menjadi naik.
- Perubahan Cuaca
Perubahan cuaca, iklim, atau musim mempengaruhi Evaporasi,
radiasi, konveksi, konduksi, sehingga mempengaruhi metabolisme dan suhu tubuh.
- Makanan, minuman, rokok, dan lavemen
Makanan, minuman dan rokok dapat merubah suhu oral, misalkan Minum
air es dapat menurunkan suhu oral sekitar 0.9 C (1.6 F). Untuk itu dianjurkan
mengukur suhu oral sekitar 30 menit setelah makan, minum dan merokok, sedangkan
temperatur rectal diukur setelah 15 menit melakukan lavemen / enema.
2.1.1
Alat Pengukur Suhu Tubuh
Secara umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca
(glass thermometers). Skala yang sering digunakan adalah termometer skala
Celcius (Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat
Celcius dan titik didih 100 derajat Celcius. Ada pula digital thermometer yang
mempunyai kepekaan tinggi dan waktu pemeriksaan hanya beberapa detik, banyak
dipakai pada kondisi kegawatan.
2.1.2
Pengukuran Suhu Tubuh
Pengukuran Suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu di
mulut / (oral),! anus (rectal), ketiak (axilla) dan
telinga (auricular). Masing-masing tempat mempunyai variasi suhu yang
berlainan. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4 C (0.7 F) lebih tinggi dari suhu
oral dan suhu aksila lebih rendah 0.6 C (1 F) dari pada oral. Di Puskesmas
biasanya yang sering dipergunakan adalah pemeriksaan suhu aksila.
2.2 Pemeriksaan Suhu Aksila
dengan Termometer Air Raksa
Pengukuran suhu aksila dianggap paling mudah dan aman, namun
kurang akurat. Penggunaan sering dilakukan pada :
- Anak
- Pasien dengan radang mulut
- Pasien yang bernapas
dengan mulut atau menggunakan alat bantu napas
Persiapan pemeriksaan suhu :
2.2.1
Persiapan peralatan
1. Cucilah tangaN
2. Siapkan soft tissue atau
lap bersih
3. Siapkan buku pencatat
suhu dan alat tulis
4. Sebuah handuk bersih
untuk membersihkan keringat pasien
2.2.2
Persiapan pasien
1. Jagalah privasi pasien
dengan tirai atau pintu tertutup
2. Jelaskan kepada pasien
tentang pentingnya pemeriksaan suhu aksila
3. Lepaskan baju pasien dan
bagian lain ditutup dengan selimut.
2.2.3
Cara pemeriksaan
1. Pegang terraometer pada
bagian ujung yang tumpul
2. Bersihkan dengan soft
tissue atau cucilah dalam air dingin bila disimpan dalam desinfektan serta
bersihkan dengan lap bersih
3. Peganglah ujung
termometer yang tumpul dengan ibu jari dan jari kedua, turunkan tingkat air raksa sampai angka 35
derajat celcius
4. Bukalah lengan pasien.
5. Bersihkan keringat pasien
dengan handuk yang kering/tissue
6. Tempelkan termometer ke
ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan bawah pasien keatas dada,
sedangkan pada anak pegang tangannya dengan lembut.
7. Biarkan selama 5-10 menit
untuk hasil yang baik.
8. Angkat termometer dan
bersihkan dengan soft tissue/lap bersih dengan gerak rotasi.
9. Bacalah tingkat air raksa
sejajar dengan mata pemeriksa
10. Turunkan tingkat air
raksa < 35,5°C.
11. Kembalikan termometer ke
tempat penyimpanan.
12.
Cuci tangan
Informasikan ke pasien dan catat hasil
pemeriksaan pada buku.
2.3 Pemeriksaan Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan
mendengarkan bunyi getaran/gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh
dan bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau
tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan getaran/gelombang suara tergantung oleh
kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter
bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan
struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan,
semakin lemah hantarannya dan udara/gas paling resonan.
2.3.1
Cara pemeriksaan
1. Posisi pasien dapat
tidur, duduk atau berdiri tergantung pada bagian mana yang akan diperiksa dan
bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka.
2. Pastikan pasien dalam
keadaan rilek dan posisi yang nyaman untuk
menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil perkusi.
menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil perkusi.
3. Minta pasien untuk
menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot
4.
Kukujari-jaripemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.
5.
Lakukan perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :
a.
Metode langsung yaitu melakukan perkusi atau mengentokan jari tangan
langsung dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.
b.
Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut:
Ø Jari tengah tangan kiri
(yang tidak dominan) sebagai fleksimeter di letakkan dengan lembut di atas
permukaan tubuh, upayakan telapak tangan dan jari-jari lain tidak menempel pada
permukaan tubuh.
Ø Ujung jari tengah dari
tangan kanan (dominan) sebagai fleksor, untuk memukul/mengetuk persendian
distal dari jari tengah kanan kiri. Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan
tetap/tidak bergerak dan pergelangan tangan rilek.
Ø Berikan tenaga pukulan
yang sama pada setiap area tubuh.
Ø Bandingkan bunyi
frekuensi dengan akurat.
6.
Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi
a.
Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi,
waktu agak lama dan kualitas seperti drum (lambung).
b.
Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah,
waktu lama, kualitas bergema (paru normal).
c.
Bunyi hipersonar mempunyai intensitas amat keras, waktu
lebih lama, kualitas ledakan (empisema paru).
d.
Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah,
nada tinggi, waktu agak lama kualitas seperti petir (hati).
e.
Bunyi kempes mempunyai intensitas lembut, nada tinggi,
waktu pendek, kualitas datar (otot).
2.4 Pemeriksaan Auskultasi
Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan
dengan mendengarkan bunyi yang terbentuk di dalam organ tubuh. Hal ini
dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan dengan cara membandingkan dengan
bunyi normal. Auskultasi yang dilakukan di dada untuk mendengar suara napas dan
bila dilakukan di abdomen mendengarkan suara bising usus. Penilaian pemeriksaan
auskultasi meliputi:
1. Frekuensi yaitu menghitung jumlah
getaran permenit.
2. Durasi yaitu lama bunyi yang
terdengar.
3.
Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/lemahnya suara
4.
Kualitas yaitu warna nada/variasi suara.
Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi
normal yang terdengar pada organ yang berbeda, sehingga bunyi abnormal dapat di
deteksi dengan sempuma. Untuk mendeteksi suara diperlukan suatu alat yang
disebut stetoskop yang berfungsi menghantarkan, mengumpulkan dan memilih
frekuensi suara. Stetoskop terdiri dari beberapa bagian yaitu kepala, selang
karet/plastik dan telinga. Selang karet/plastik stetoskop harus lentur dengan
panjang 30-40 cm dan bagian telinga stetoskop yang mempunyai sudut binaural dan
bagiannya ujungnya mengikuti lekuk dari rongga telinga Kepala stetoskop pada
waktu digunakan menempel pada kulit pasien.
Ada 2 (dua) kepala stetoskop yaitu :
1. Bel stetoskop digunakan
untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan,
seperti pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka
nada frekuensi tinggi terdengar lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara kerjanya seperti diafragma.
seperti pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka
nada frekuensi tinggi terdengar lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara kerjanya seperti diafragma.
2. Diafragma digunakan untuk
bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
2.4.1
Cara pemeriksaan
1. Posisi pasien dapat
tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan bagian
tubuh yang diperiksa harus terbuka.
2. Pastikan pasien dalam
keadaan rilek dengan posisi yang nyaman.
3. Pastikan stetoskop sudah
terpasang baik dan tidak bocor antara bagian
kepala, selang dan telinga.
kepala, selang dan telinga.
4. Pasanglah ujung stetoskop
bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa
sesuai arah, ukuran dan lengkungannya. Stetoskop telinga
sesuai arah, ukuran dan lengkungannya. Stetoskop telinga
5. Hangatkan dulu kepala
stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan pemeriksa atau
menggosokan pada pakaian pemeriksa.
6. Tempelkan kepala
stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan lakukan pemeriksaan
dengan seksama dan sistimatis.
7.
Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada
rendah pada tekanan ringan yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan
diafragma untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru.
8.
Informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status.
2.4.2
Posisi Pemeriksaan
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal, maka posisi
pemeriksaan sangat menentukan. Beberapa posisi yang umum dilakukan yaitu:
a.
Posisi duduk dapat dilakukan di kursi atau tempat tidur.
Digunakan untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada, jantung, paru, mamae,
ektremitas atas.
b.
Posisi supine (terletang) yaitu posisi berbaring terlentang
dengan kepala disangga bantal. Posisi ini untuk pemeriksaan pada kepala, leher,
dada depan, paru, mamae, jantung, abdomen, ektremitas dan nadi perifer.
c.
Posisi
dorsal recumbent yaitu posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan kaki menyentuh
tempat tidur.
d.
Posisi
sims (tidur miring), untuk pemenksaan rectal dan vagina.
e.
Posisi
prone (telungkup), untuk evaluasi sendi pinggul dan punggung.
f.
Posisi
lithotomi yaitu posisi tidur terlentang dengan lutut dalam keadaan fleksi.
Untuk pemeriksaan rectal dan vagina.
g.
Posisi
knee chest (menungging), untuk pemeriksaan rectal.
h.
Posisi
berdiri yaitu untuk evalusi abnormalitas postural, langkah dan keseimbangan.
2.5 Pemeriksaan Tanda Vital Tubuh
Topik:
1. Tanda vital tubuh
2. Pemeriksaan tanda
vital : suhu, tekanan darah, frekwensi denyut nadi,
frekwensi pernapasan, berat badan, tinggi badan dan elastisitas kulit.
frekwensi pernapasan, berat badan, tinggi badan dan elastisitas kulit.
2.5.1
Tanda Vital Tubuh
Tanda vital merupakan tanda yang sangat penting dalam perawatan
pasien. Karena mempunyai nilai akurasi yang sangat tinggi. Perubahan dari tanda vital tersebut berarti menandakan
terjadi gangguan fungsi dari tubuh atau perubahan dari kondisi pasien, hal ini perlu
mendapat perhatian dengan seksama dan perlu penanganan segera. Tiap individu mempunyai
variasi tanda vital yang berbeda, seperti adanya perubahan cuaca, umur, keadaan
emosional, olahraga, makan, dsb.
2.5.2
Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan Tanda Vital
Beberapa pemeriksaan Tanda vital yang sering digunakan dan relatif lebih mudah dikerjakan, seperti
pemeriksaan
A.
Suhu Tubuh
Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas dari tubuh ke
lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain berasal dari :
a.
Metabolisme dari makanan(13asal Metabolic Rate)
b.
Olahraga
c.
Shivering atau kontralcsi otot skelet
d.
Peningkatan produksi hormon tiroksin (meningkatkan metabolisme seluler).
e.Proses penyakit infeksi.
f.
Termogenesis kimiawi (rangsangan langsung dari noiepinefrin dan efinefrin
atau dari rangsangan langsung simpatetik).
Sedangkan hilangnya panas tubuh terjsdi melalui beberapa proses
yaitu :
1. Radiasi adalah pemindahan panas
dari satu benda ke benda lain tanpa melaiui kontak langsung, misalnya orang
berdiri didepan lemari es yang terbuka.
2. Konduksi adalah pemimiahan panas
dari satu benda ke benda lainnya melalui kontak langsung, misalnya kontak
langsung denagn es.
3. Konveksi adalah
pemindahan panas yang
timbul akibat adanya pergerakan udara, misalnya udara j ang
berdekatan dengan badan akan menjadi hangat.
4. Evaporisasi adalah
pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan, misalnya pemapasan da a
perspiration dari kulit. Misalnya keringat meningkatkan pengeli aran panas
tubuh.
Suhu tubuh terjaga konstan meskipun adanya perubahan kondisi
lingkungan. Hal ini disebabkan 1; arena adanya proses pengaturan suiiu melalui negatif
feedback sistim (mekanisme umpan balik). Organ pengatur suhu yang utama
adalah hipoti* lamus.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemeriksaan fisik Auskultasi adalah pemeriksaan
dengan mendengarkan bunyi yang terbentuk didalam tubuh. Hal ini dimaksudkan
untuk menditeksi adanya kelainan dengan cara membandingkan dengan bunyi normal.
Auskultasi yang dilakukan di Abdomen mendengarkan suara bising usus. Secara
umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca (glass thermometers).
Saran
Pemeriksaan fisik pada orang dewasa diharapkan
sesuai dengan prosedur yang ada dan tidak mengubahnya. Dalam penggunaan
thermometer skala celcius (centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku
air O°C dan titik didih 100°C diharuskan mempunyai kepekaan tinggi dan waktu
pemeriksaannya beberapa detik, harus digunakan pada kondisi gawat.
No comments:
Post a Comment