RADANG
DAN BEBERAPA PENYAKIT LAIN PADA ALAT-ALAT GENITAL WANITA
RADANG
Pada wanita terdapat hubungan dari dunia
luar dengan rongga peritoneum melalui vulva, vagina, uterus dan tuba falloppi.
Untuk mencegah terjadinya infeksi dari dunia luar dan untuk menjaga jangan sampai infeksi melauas, masing –
masing alat traktus genatalis memiliki mekanisme pertahanan.
Vulva umumnya lebih resisten terhadap infeksi, sehingga luka-luka
ringan
lekas sembuh, kecuali jika kemasukan kuman-kuman yang benar-benar
patogen. Penutupan vulva oleh labia mayora dan labia miridra sedikit banyak
memberi perlindungan terhadap infeksi.
lekas sembuh, kecuali jika kemasukan kuman-kuman yang benar-benar
patogen. Penutupan vulva oleh labia mayora dan labia miridra sedikit banyak
memberi perlindungan terhadap infeksi.
Pada vagina wanita dewasa adanya epitel
yang cukup tebal dan glikogen serta basil Doderlein yang memungkinkan pembuatan
asidum laktikum sehingga terdapat reaksi asam dalam vagina, memperkuat daya
tahan vagina. Dalam vagina terdapat banyak kuman lain, akan tetapi dalam
keadaan normal basil Doderlein dominan, Pada masa kanak-kanak dan dalam masa
sesudah menopause epitel lebih tipis dan glikogen serta basil Doderlein
berkurang, dan ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan terjadinya. infeksi.
Pada serviks uteri kelenjar-kelenjar
mengeluarkan lendir yang alkalis serta mengental di bagian bawah kanalis
servikalis, dan ini menyukarkan masuknya kuman ke atas. Jika terdapat infeksi
di endometrium, maka terlepasnya dan dikeluarkannya sebagian besar endometrium
pada waktu haid menyukarkan radang untuk terus bertahan.
Getaran rambut getar pada mukosa tuba
Falloppii menyebabkan jalannya aras ke arah uterus, dan ini disokong oleh
gerakan peristaltic tuba yang merupakan halangan pada infeksi untuk terus
meluas ke rongga peritoneum.
Kuman-kuman dapat memasuki traktus
genitalis wanita dengan berbagai jalan. Koitus dapat menyebabkan periyakit
kelamin (STD = Sexual Transmitted Diseases) seperti gonorea, sifilis,
ulkus molle, AIDS (aqttired immune deficiency syndrome), granuloma
inguinale dan limphogranuloma venereum. Di samping itu ada penyakit-penyakit
lain seperti herpes genitalis dan trikomoniasis yang untuk sebagian besar
ditularkan melalui koitus. Trauma pada vulva dan vagina sebagai akibat
perlukaan, kebakaran dan Iain-lain merupakan pulaported'eniree bagi
kuman-kuman dari luar. Selanjutnya adanya benda asing (korpus alienum) di
vagina atau uterus, melakukan tindakan atau pemeriksaan dengan alat-alat yang
tidak suci hama, dapat menimbulkan infeksi. Pada waktu dan sesudah partus atau
abortus, kemungkinan infeksi dan meluasnya infeksi itu juga lebih besar karena
1) Kadang-kadang keadaan
umum mundur;
2) Terdapat luka besar di
uterus di bekas tempat plasenta, serta luka-luka kecil pada serviks uteri,
vagina, dan vulva;
3) Hubungan antara kavum
uteri dan dunia luar lebih terbuka;
4)
Lokia terdiri atas darah, dan sisa-sisa desidua merupakan tempat
pembiakan baik untuk kuman-kuman.
Kuman-kuman dapat pula menjalar dari alat-alat di
sekitamya yang sedang mengalami peradangan misalnya appendisitis akuta. Selain
itu dapat pula infeksi dibawa dari tempat yang jauh dengan jalan darah,
misalnya tuberkulosis paru-paru dapat menyebabkan adneksitis tuberkulosa.
Demikian pula — walaupun lebih jarang — dengan jalan yang sama dapat terjadi
infeksi alat-alat genital dari tempat focal infection misalnya
pada gigi. Akhirnya kuman-kuman yang terdapat di vagina sebagai saprofit yang
tidak patogen, dapat menjadi pathogen
dan menimbulkan peradangan, bila daya tahan badan dan alat genital
oleh salah satu sebab menurun.
Radang pada alat-alat genital dapat timbul secara
akut dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama
sekali tanpa bekas, atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba.
Penyalut akut bisa juga menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan sudah
menahun.
Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Falloppii
dan rongga peritoneum melalui 2 jalan. Pada gonorea penyakit menjalar dari endometrium
ke mukosa tuba terus ke ovarium dan rongga peritoneum, sedang pada infeksi
puerperal kuman-kuman dari uterus melalui darah dan limfe menuju ke
parametrium, tuba, ovarium dan rongga peritoneum.
LEUKOREA
Leukorea {white discharge, fluor albas, keputihan)
adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat
genital yang, tidak berupa darah. Mungkin leukorea merupakan gejala yang paling
sering dijumpai pada penderita ginekologik; adanya gejala ini diketahui
penderita karena mengotori celananya.
Dapat dibedakan antara leukorea yang fisiologik dan yang
patologik. Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa
mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedang pada
leukorea patologik terdapat banyak leukosit.
Leukorea fisiologik ditemukan pada:
a)
Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; di sini
sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin;
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin;
b)
Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh
estrogen;
leukorea di sini hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan
pada orang tuanya;
leukorea di sini hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan
pada orang tuanya;
c)
Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,
disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina;
disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina;
d)Waktu di sekitar ovulasi,
dengan sekret dari kelenjar-keienjar serviks uteri
menjadi lebih encer;
menjadi lebih encer;
e) Pengeluaran sekret dari
kelenjar-keienjar serviks uteri juga bertambah pada
wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi
Di sini cairan mengandung banyak
leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih
kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat
menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula
timbul. Selanjutnya leukorea ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila
tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen
saluran alat-alat genital.
VULVA
Vulva terdiri atas komponen - komponen sebagai
berikut: mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris dengan orifisium
urethra eksternum, glandula bartholini dan glandula paraurethralis.
Pada radang vulva (yulyitis) vulva membengkak
merah dan agak nyeri,
kadang-kadang
kadang-kadang
Umumnya vulvitis dapat dibagi dalam tiga golongan :
a) yang bersifat lokal;
b) yang timbul bersama-sama
atau sebagai akibat vaginitis;
c) yang merupakan permulaan
atau manifestasi dari penyakit umum.
Yang termasuk ke dalam golongan vulvitis lokal ialah:
1) infeksi pada kulit,
termasuk rambut, kelenjar-kelenjar sebasea dan kelenjar-
kelenjar keringat. Infeksi ini timbul karena trauma luka atau sebab lain, dan
dapat menimbulkan folikulitis, furunkulosis, hidradenitis, dan sebagainya;
kelenjar keringat. Infeksi ini timbul karena trauma luka atau sebab lain, dan
dapat menimbulkan folikulitis, furunkulosis, hidradenitis, dan sebagainya;
2)
infeksi pada orifisium urethra eksternum, glandula paraurethralis.
Infeksi ini
biasanya disebabkan oleh gonorea dan akan dibahas pada bab ini;
biasanya disebabkan oleh gonorea dan akan dibahas pada bab ini;
3) infeksi pada glandula
Bartholini.
Infeksi pada glandula Bartholini (Bartholinitis) sering kali timbul
pada gonorea tetapi dapat mempunyai sebab lain, misalnya streptokokus, atau
basil koli. Pada Barthohinitis akuta kelenjar membesar, merah, nyeri dan lebih
panas daripada daerah sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar
melalui duktusnya, atau jika duktus tersumbat, mengumpul didalamnya dan menjadi
abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Jika belum menjadi
abses, keadaan bisa diatasi dengan antibiotika jika sudah bernanah mencari
jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan sayatan. Radang pada glandula
Bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan. akhirnya dapat menjadi menahun
dalam bentuk kista Bartholini.
Kista Bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan, akan
tetapi kadang-kadang dirasakan sebagai benda berat dan/atau menimbulkan
kesulitan pada koitus. Jika kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan
gangguan, tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa; dalam hal lain perlu
dilakukan pembedahan. Tindakan ltu terdiri atas ekstirpasi, akan tetapi
tindakan ini bisa menyebabkan perdarahan. Akhir-akhir ini dianjurkan
marsupialisasi. sebagai tindakan tanpa risiko dan dengan hasil yang memuaskan.
Pada tindakan ini setelah diadakan sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding
kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang terbuka pada sayatan.
Golongan vulvitis yang timbul bersama atau
sebagai akibat vaginitis, hal ini akan dibahas pada pembicaraan
"vaginitis".
Dalam golongan vulvitis sebagai permulaan atau manifestasi penyakit umum,
terdapat antara lain:
1) penyakit-penyakit kelamin. Yang
dianggap penyakit kelamin klasik ialah gonorea sifis, ulkus molle,
linifogranuloma venereum, dan granuloma inguinale; semuanya
akan dibicarakan dalam
bab ini (infeksi-infeksi khusus);
2) tuberkulosis; juga dibicarakan dalam
bab ini (infeksi-infeksi khusus);
3) vulvitis disebabkan oleh infeksi
karena virus. Terrnasuk di sini limfogranuloma venereum, herpes genitalis dan
kondiloma akuminatum. Limfogranulo-ma venereum dibahas dalam bab ini
(infeksi-infeksi khusus) vulvitis pada diabetes mellitus.
HERPES
GENITALIS
Herpes genitalis disebabkan oleh tipe 2 herpes virus hominis, yang dekat
hubungannya dengan tipe 1 herpes virus simpleks, penyebab herpes labialis.
Herpes genitalis umumnya dianggap sebagai akibat hubungan seksual dan terjadi
dalam 3 sampai 7 hari sesudah koitus. Jika penyakit timbul, di tengah-tengah
daerah dengan radang dan edema tampak sejumlah vesikel yang biasanya berlokasi
pada labia minora, bagian dalam labia mayora dan prepusium klitoridis. Tempat-tempat itu dirasakan panas dan gatal,
dan karena digaruk sering timbul infeksi sekunder. Kadang-kadang tampak pula
ulkus-ulkus kecil yang dangkal. Selain pada vulva penyakit ditemukan pula pada
vagina dan serviks uteri yang menyebabkan leukorea, perdarahan, dan
disuria. Dengan pengobatan simptomatis biasanya penyakit sembuh sendiri, akan
tetapi ada kemungkinan timbul kembali. Timbulnya kembali ini mungkin merupakan reaktivasi dari infeksi yang
sesungguhnya tidak sembuh, dan tinggal laten. Selanjutnya virus mungkin
memegang peranan dalam tumbuhnya karsinoma servisis uteri. Penelitian ke
jurusan itu kini sedang dilakukan dengan giat. Diagnosis herpes genitalis dapat
dibuat dengan jalan pembiakan pada luka-luka di vulva, vagina, atau serviks dan
dengan tes serologik. Sebagai terapi dapat dilakukan terapi simptomatis dengan
obat-obat yang mengurangi rasa nyeri dan gatal,
dan yang mengeringkan daerah
yang kena infeksi.
Akhir-akhir ini ditemukan bahwa virus dapat diberantas dengan aplikasi
lokal dari 1% larutan neutral-red atau 0,1%
larutan proflavine, diikuti dengan penyinaran sinar fluoresensi (20—30
watt) untuk 10—15 menit dengan jarak 15—20 cm.
KONDILOMA AKUMINATUM
Kondiloma akuminatum berbentuk seperti kembang kubis (cauliflower)
dengan di tengahnya jaringan ikat dan ditutup terutama di bagian atas oleh
epitel dengan hiperkeratosis. Penyakit terdapat dalam bentuk kecil dan besar,
sendirian atau dalam suatu kelompok. Lokasinya ialah pada berbagai bagian
vulyaj__gada perineum, pada daerah perianal, pada vagina dan serviks uteri.
Dalam hal-hal yang terakhir ini terdapat leukorea.
Kondiloma akuminata
kiranya disebabkan oleh suatu jenis virus yang banyak persamaannya dengan penyebab veruka
vulgaris. Adanya leukorea oleh sebab lain memudahkan tumbuhnya virus dan
kondiloma akuminata. Kelainan ini juga lebih sering ditemukan pada kehamilan
karena lebih banyak vaskularisasi dan cairan pada jaringan. Umumnya diagnosis
kondiloma akuminata tidak sukar
dibuat, dan dapat
dibedakan dari kondilomata
lata, suatu manifestasi dari sifilis.
Kondiloma
akuminatum yang kecil dapat disembuhkan dengan larutan 10% podofilin dalam
gfeerin atau dalam alkohol. Pada waktu pengobatan daerah sekitarnya harus
dilindungi dengan vaselin, dan setelah beberapa jam tempat pengobatan hams
dicuci dengan air dan sabun. Pada kondiloma yang luas, terapinya terdiri atas
pengangkatan dengan pembedahan atau kauterisasi. Untuk mencegah timbuhiya
residif, harus diusahakan kebersihan pada tempat bekas kondiloma akuminata, dan
leukorea harus diobati.
VULVITIS DIABETIKA
Pada vulvitis diabetika vulva merah dan sedikit
membengkak. Keluhan terutama rasa gatal, disertai rasa nyeri. Jaringan pada
penderita diabetes mengandung kadar glukosa yang lebih tinggi, dan air kencing
dengan glukosuria menjadi penyebab peradangan. Oleh karena itu pada penderita dengan
vulvitis yang sebabnya tidak terang, perlu dipikirkan adanya diabetes. Vulvitis
diabetika kadang-kadang dapat disertai dengan moniliasis.
Terapi terdiri atas penguasaan penyakit diabetes
mellitus dan pengobatan lokal.
VAGINA
Flora vagina terdiri atas banyak jenis kuman, antara lain basil
Doderlein, streptokokus, stafilokokus, difteroid, yang dalam keadaan normal
hidup dalam simbiosis antara mereka. Jika simbiosis ini terganggu, dan jika
kuman-kuman seperti streptokokus, stafilokokus, basil koli, dan Iain-lain dapat
berkembang biak, timbullah vaginitis nonspesifik. Umumnya vaginitis nonspesifik
dapat disembuhkan dengan antibiotika. Selain itu, terdapat vaginitis karena
trikomo-nas vaginalis, kandida albikans, dan hemofilus vaginalis. Perlu
dikemukakan di sini bahwa pada masa dewasa vagina lebih tahan terhadap
infeksi-infeksi, terutama gonorea, pada masa sebelum pubertas dan setelah
menopause vagina lebih peka terhadap infeksi.
Gejala yang penting pada vaginitis ialah leukorea
terdiri dari cairan yang kadang-kadang bercampur dengan lendir, dan dapat
menjadi mukopurulen. Gejala ini sering disertai oleh rasa gatal dan membakar.
Vaginitis biasanya disertai oleh vulvitis. Permukaan vagina dan vulva pada
vulvovaginitis menjadi merah dan agak membengkak, pada vagina dapat ditemukan
pula bintik-bintik merah (vaginitis granularis). Pada vaginitis basil Doderlein
jarang terjadi tidak ada; fluor yang
dikeluarkan mengandung banyak leukosit.
TRIKOMONIASIS
Vulvovaginitis ini disebabkan oleh trikomonas
vaginalis. Trikomonas dapat ditemukan dalam jumlah kecil dalam vagina
tanpa gejala apa pun, akan tetapi dalam beberapa hal yang ada hubungannya
dengan perubahan kondisi lingkungan, jumlah dapat bertambah banyak dan
menimbulkan radang. Peterson melaporkan bahwa 24,6% dari apusan vagina yang
diambil secara rutin pada penderita obstetri dan ginekologi menunjukkan adanya
trikomonas vaginalis.
Trikomonas vaginalis adalah suatu parasit dengan
flagella yang bergerak sangat aktif. Walaupun infeksi dapat terjadi dengan
berbagai cara, penularan dengan jalan koitus ialah cara yang paling sering
terdapat. Dalam hubungan ini parasit pada pria dengan trikomonas biasanya
terdapat (tanpa gejala) di urethra dan prostat.
Vaginitis karena trikomonas menyebabkan leukorea
yang encer sampai kental, berwarna kuning-kuningan dan agak berbau. Penderita
mengeluh tentang adanva fluor yang menyebabkan rasa gatal dan membakar. Di
samping itu kadanc-kadang ada gejala urethritis ringan seperti disuria dan
sering kencing. Parasit biasanya dengan mudah dijumpai di tengah-tengah
leukosit pada sediaan yang dibuat dengan mengambil sekret dari dinding vagina
dicampur dengan satu tetes larutan garam fisiologik di atas gelas objek. Sediaan
diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran sedang dan dengan cahaya yang
dikurangi sedikit.
Parasit dapat dikenal dengan melihat
gerakan-gerakannya, bentuknya lonjong dengan flagella yang panjang dan membran
yang bergerak bergelom-bang, dan dengan ukuran sebesar 2 kali leukosit. Akan
tetapi trikomonas tidak selalu dapat ditemukan dengan cara pemeriksaan
tersebut; bila dianggap perlu, dapat pula dilakukan pembiakan.
KANDIDIASIS
Kandidiasis disebabkan oleh infeksi dengan
kandida albikalis, suatu jenis jamur gram positif yang mempunyai benang-benang
pseudomiselia yang terbagi-bagi dalam
kelompok blastospores, Jamur ini tumbuh baik dalam suasana asam (pH ) (5.0-6.5)
yang mengandung glikogen; ia dapat ditemukan dalam mulut, daerah perianal dan
vagina tanpa menimbulkan gejala. Ia dapat tumbuh dengan cepatj dan menyebabkan
vaginkis pada wanita hamil, wanita yang minum pil kontrasepsi hormonal, wanita
yang diberi terapi antibiotika berspektrum luas wanita dengan diabetes, dan
wanita dengan kesehatan yang mundur.
Vulvovaginitis karena
infeksi dengan kandida
albikans menyebabkan leukorea berwarna keputih-putihan dan
perasaan sangat gatal.
Pada pemeriksaan
ditemukan radang vulva.dan vagina, pada dinding sering juga terdapat
membran-membran kecil berwarna putih, yang jika diangkat meninggalkan bekas
yang agak berdarah.
Diagnosis dibuat dengan
cara pemeriksaan seperti pada trikomonas vaginalis; pada sediaan tampak jamur
di tengah-tengah leukosit. Dapat pula usapan di atas gelas objek dicat dengan
cara Gram jika perlu, dapat pula dilakukan pembiakan.
HEMOFILUS VAGINALIS
VAGINITIS
Sembilan puluh persen dari kasus-kasus yang
dahulu disebut vaginitis nonspesifik kini ternyata disebabkan oleh hemofilus
vaginalis, suatu basil kecil yang gram negatif. Gejala vaginitis ialah leukorea
yang berwarna putih bersemu kelabu, kadang-kadang kekuning-kuningan dengan bau
yang kurang sedap. Vaginitis ini menimbulkan pula perasaan sangat gatal.
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual.
Diagnosis dibuat dengan cara pemeriksaan seperti
yang digambarkan pada pemeriksaan trikomonas vaginalis. Pada sediaan dapat
ditemukan beberapa kelompok basil, leukosit yang tidak seberapa banyak, dan
banyak sel-sel epitel yang untuk sebagian besar permukaannya berbintik-bintik.
Sel-sel ini yang dinamakan clue-cells, merupakan ciri vaginitis yang
disebabkan oleh hemofilus vaginalis.
Terapi harus diberikan kepada suami-isteri, berupa
ampisillin 2 gram sehari untuk 5 hari, atau jika peka terhadap penisilin dapat diberikan tetrasiklin. Di samping itu,
kepada wanitanya dapat diberi Betadin vaginal douche.
(VULVO) VAGINITIS ATROFIKANS
Sesudah menopause (atau sesudah fungsi ovarium
ditiadakan dengan jalan pembedahan atau penyinaran) epitel vagina menjadi
atrofis dengan hanya tertinggal lapisan sel basal. Epitel demikian itu mudah
kena infeksi, dan radang dapat menjalar ke jaringan di bawah epitel. Penyakit
ini menyebabkan leukorea dan rasa gatal dan pedih. Vaginitis ini juga dinamakan
vaginitis senilis Urethra dan kandung kencing dapat ikut terlibat dan menimbulkan
gejala disuria dan sering kencing.
Terapi terdiri atas pemberian estrogen per os (Premarin
1,25 mg atau Oestro-feminal 1,25 mg) tiap malam dan pemberian dienestrol krem,
premarin vaginal cream, atau 0,1 mg suposotorium dietil stilbestrol per
vaginam untuk 30 malam. Dewasa ini dapat dianjurkan pemakaian Synapause tablet
dan Synapause krim.
VAGINITIS
EMFISEMATOSA
Penyakit
ini jarang terdapat, pada umumnya dijumpai pada wanita hamil. Pada vaginitis
ini ditemukan radang dengan gelembung-gelembung kecil berisi gas pada dinding
vagina dan porsio uteri. Penyebab
infeksi belum diketahui dan pengobatannya simptomatis.
KELAINAN-KELAINAN LAIN
VULVA
Pruritis vulva
Pruritis vulva atau gatal pada vulva adalah satu
gejala yang sangat mengganggu serta mengesalkan penderita, dan sering susah
disembuhkan. Perlu dicari sebab pruritis itu; akan tetapi biarpun dilakukah
pemeriksaan yang saksama, sebab- sebab itu tidak selalu bisa ditemukan.
Sebab-sebab pruritis vulva dapat dibagi dalam 2
golongan:
1) pruritis primer atau
idiopatik, dan
2) pruritis sekunder.
Pada pruritis idiopatik dengan pemeriksaan teliti
tidak ditemukan sebab organik; gejala itu dapat dianggap sebagai manifestasi
dari gangguan psikopato-logik. Antara lain pada seorang wanita yang mengalami
frustasi dalam kehidupan seksual, atau yang ingin menghindarkan diri dari
hubungan seksual yang tidak disukai, dapat timbul pruritis vulva.
Termasuk sebab-sebab dari pruritis sekunder ialah:
a) sebab
lokal, seperti:
1)
Tiap-tiap proses peradangan dan ulserasi pada kulit vulva;
2)
Distrofi, seperti lichen sklerosus et atrofikans, leukoplaki,
kraurosis;
3)
Leukorea karena trikomonas vagmalis, kandida albikans, dan
Iain-lain;
4)
Parasit-parasit, seperti skabies, pedikulus kapitis;
5)
Iritasi kulit karena sabun, kurang kebersihan, penggunaan cawet
haid yang ketat; 6) karsinoma; dan 7) Iain-lain.
b) sebab-sebab
umum, seperti:
1)
keadaan umum yang tidak baik, misalnya kekurangan gizi, avitaminosis, anemia,
tuberkulosis, karsinoma;
2)
keadaan toksik pada uremia, ikterus;
3)
alergi karena makanan, obat-obat;
4)
diabetes mellitus; dan lain-lain.
Penanganan
Yang paling penting ialah menemukan sebabnya,
agar dapat diberi terapi kausal. Jika perlu, dapat dilakukan pemeriksaan darah
untuk mengetahui ada tidaknya anemia, pemeriksaan lambung terhadap
akhlorhidria, pemeriksaan gula darah (sebaiknya dilakukan tes toleransi
glukosa), dan biopsi. Lebih dari 80% sebab dapat diketahui, akan tetapi 15—20%
sebabnya tidak jelas. Dalam hal ini terapi bersifat simptomatis (terapi ini dilakukan
pula sebagai terapi tambahan pada kasus-kasus dengan sebab yang jelas). Terapi
ini terdiri antara lain atas:
1)
Kebersihan yang baik, dengan menghindarkan celana dalam yang ketat
dan pemakaian sabun atau obat-obat yang dapat menimbulkan iritasi (sebaiknya
menggunakan sabun bayi);
2)
Khususnya jika ada dugaan terhadap alergi, diberi antihistamin;
3)
Pemberian salep-salep yang mengandung 1/2 — 1% hidrokortison
(salep-salep ini dipakai terus-menerus karena hidrokortison mempunyai
pengaruh vasokonstriksi terhadap pembuluh-pembuluh darah di subkutis dan
dapat menimbulkan atrofi kulit;
pengaruh vasokonstriksi terhadap pembuluh-pembuluh darah di subkutis dan
dapat menimbulkan atrofi kulit;
4)
mengusahakan supaya penderita dapat tidur nyenyak waktu malam; dan
5) menjauhkan penderita dari keadaan-keadaan yang merupakan tekanan jiwa.
Terapi endokrin mempunyai kegunaan, terutama jika
ada kurangan
estrogen, seperti pada Wanita pasca menopause. Garukan terus-menerus dapat
menimbulkan lichenifikasi pada kulit. Jika itu terjadi, kadang-kadang terpaksa
dilakukan vulvektomi untuk membebaskan penderita dari pruritisnya.
estrogen, seperti pada Wanita pasca menopause. Garukan terus-menerus dapat
menimbulkan lichenifikasi pada kulit. Jika itu terjadi, kadang-kadang terpaksa
dilakukan vulvektomi untuk membebaskan penderita dari pruritisnya.
Distrofi epitel menahun
Kraurosis vulva
Pada penyakit ini terdapat atrofi dengan penipisan dan fibrosis
kulit vulva mengakibatkan mengkerutnya kulit dan stenosis introitus vagina.
Labia minora, klitoris, dan vestibulum terlibat, akan tetapi tidak sampai pada
lipatan genitokrural dan perineum. Tampaknya daerah yang terkena kering dan
mengkilat, dan berwarna putih sampai kemerah-merahan. Penyakit ini ditemukan
kebanyakan pada wanita-wanita sesudah menopause, akan tetapi bisa pula terdapat
pada wanita yang lebih muda. Pada pemeriksaan histologik ditemukan
1)
epidermis menipis dan keratinisasi kurang;
2)
di bawah epidermis tampak sekedar infiltrasi sel-sel radang; dan
3)
di subkutis jaringan elastis berkurang dan terdapat degenerasi
hialin.
Gejala-gejala krausosis ialah dispareunia dan
kadang-kadang disuria. Pruritis .umumnya tidak terdapat dan jika ada, harus
dipikirkan adanya leukoplakia. Diagnosis dapat dibuat dengan mengadakan biopsi.
Tempi terdiri atas pemberian salep yang mengandung estrogen. Oleh beberapa
penulis di Eropa kraurosis dianggap sinonim dengan leukoplakia, oleh karena
pada leukoplakia terdapat pula stadium atrofi.
Leukoplakia vulva
Kulit vulva yang terkena kelainan ini menjadi
tebal, keras, putih, dan rapuh, sehingga dapat menimbulkan luka-luka kecil di
tempat yang bersangkutan.
Penyakit ini ditemukan pada labia dan jarang melewati perineum; vestibulum
dan introitus vagina tidak terlibat.
Penyakit ini ditemukan pada labia dan jarang melewati perineum; vestibulum
dan introitus vagina tidak terlibat.
Leukoplakia mulai sebagai proses proliferasi,
kemudian ada kemungkinan terjadinya
atrofi pada epitel, tetapi ada kemungkinan pula bahwa proses menuju i ke
keganasan. Pada leukoplakia dalam stadium proliferasi ditemukan pada
pemeriksaan histologik
1)
hiperkeratinisasi lapisan atas epitel;
2)
hiperplasia rete Malpighi dengan di sana-sini penonjolan seperti
lidah di korium;
3)
infiltrasi bagian atas korium dengan sel-sel radang dan degenerasi
hialin.
Leukoplakia biasanya timbul pada wanita pasca menopause.
Gejala-gejalanya ialah rasa nyeri dan pruritis. Diagnosis dibuat dengan
mengadakan biopsi. Karena leukoplakia dapat dianggap sebagai suatu kelainan
yang dapat berubah menjadi karsinoma, maka terapinya ialah vulvektomi.
Likhen skelerosis et
atrofikans
Pada penyakit ini, yang bisa juga timbul pada
bagian lain dari tubuh selain pada vulva, terdapat atrofi dan skleroderma. Pada
tempat yang terlibat, kulit memutih dan berkilat dengan batas-batas yang jelas.
Kelainan terdapat pada labia, perineum, dan daerah perianal serta dapat
menjalar kelipatan genitokrural sampai ke paha dan pantat. Labia minora,
klitoris, dan kadang-kadang introitus ikut dalam proses, sehingga menyebabkan
stenosis introitus vagina dan dispareunia.
Pada pemeriksaan histologik tampak atrofi
epidermis dan tidak ditemukan hiperkeratinisasi. Pada korium terdapat
infiltrasi dengan sel-sel radang dan degenerasi hialin. Gejala-gejalanya ialah
rasa nyeri, dispareunia, disuria, dan pruritis. Diagnosis dibuat dengan jalan
biopsi. Tetapi dengan salep yang mengandung estrogen cukup memuaskan. Sebagai
kesimpulan dari 3 kelainan, yang termasuk sebagai distrofi epitel menahun, dapat
dikemukakan :
a)
pada ketiga kelainan itu dapat ditemukan atrofi epitel; pada
leukoplakia
dapat pula dijumpai hipertrofi dan hiperplasia;
dapat pula dijumpai hipertrofi dan hiperplasia;
b) dalam 50% dari semua
kasus, leukoplakia merupakan stadium prakanker;
c) gejala yang menonjol pada
leukoplakia ialah pruritis;
d)
walaupun kemungkinan
timbulnya karsinoma yang paling
besar pada
leukoplakia, sebaiknya pada semua kasus distrofi epitel menahun dilakukan
biopsi. Tindakan ini perlu dilakukan di beberapa tempat.
leukoplakia, sebaiknya pada semua kasus distrofi epitel menahun dilakukan
biopsi. Tindakan ini perlu dilakukan di beberapa tempat.
Kelainan pada urethra
Urethra tidak termasuk bagian dari traktus
genitalis; tetapi orifisium urethra eksternum terdapat pada vestibulum, dan
penyakit-penyakit pada urethra melibatkan alat-alat genital. Termasuk
kelainan-kelainan urethra bukan radang ialah:
Divertikulum
Pivertikulum urethra ialah suatu kantong kecil, biasanya di bagian
posterior dari urethra, dengan saluran yang menghubungkannya dengan urethra.
Sebab-sebabnya ialah:
a) kelainan bawaan:
b) abses glandula paraurethralis yang memecah ke urethra; dan
c) akibat perlukaan obstetrik atau pembedahan.
Gejala-gejalanya ialah disuria dan kadang-kadang
dispareunia. Pada pemeriksaan tampak penonjolan dinding vagina ke belakang di
tempat yang bersangkutan, yang menjadi kempes. pada tekanan dengan pengeluaran
cairan dari orifisium urethra eksternum. Terapi terdiri atas eksisi kantong
tersebut dan jahitan luka pada dinding urethra dengan seksama.
Karunkula urethra
Ditemukan 2 bentuk karunkula. Yang pertama
merupakan suatu polip kecil dengan tangkai di pinggir belakang ostium urethra
eksternum,. dan berwarna
merah. Benda tersebut biasanya terdapat sesudah menopause, nyeri pada
perabaan, dan menyebabkan disuria. Terapi adalah fulgurasi setelah pemeriksaan histologik tidak menunjukkan keganasan, yang sebenarnya jarak ditemu
kan.
merah. Benda tersebut biasanya terdapat sesudah menopause, nyeri pada
perabaan, dan menyebabkan disuria. Terapi adalah fulgurasi setelah pemeriksaan histologik tidak menunjukkan keganasan, yang sebenarnya jarak ditemu
kan.
Jenis kedua yang lebih sering terdapat ialah
reaksi terhadap infeksi menahun. Benda itu berwarna merah, tidak bertangkai,
dan berhubungan lebar dengan bagian belakang ostium urethra eksternum. Umumnya
karunkula ini tidak menimbulkan banyak keluhan. Terapi hendaknya ditujukan
terhadap infeksi, dan jika perlu
dilakukan eksisi.
VAGINA
Kodiloma ini merupakan daerah yang kasar pada dinding vagina
dan pada pemeriksaan histologik ditemukan bahwa epitel skusmosa diganti atau
ditutupi oleh epitel torak, yang mengeluarkan mucus.
Akhir-akhir ini ditemukan bahwa dari tempat-tempat tersebut
dapat tumbuh tumor ganas, yakni clear cell adenocarcinoma. Tumor ini terdapat
pada wanita yang ibunya waktu mengangdung mereka, mendapat pengobatan dengan
dietilbesterol pada triwulan pertama kehamilannya.
Vulvovaginitis gonoroika pada anak-anak
Kejadian ini umumnya jarang anak-anak biasanya terkena infeksi karena
komtaminasi dari orang tuanya yang menderita penyakit tersebut.
komtaminasi dari orang tuanya yang menderita penyakit tersebut.
Pada anak-anak penyakit ini terbatas pada
vulva dan sepertiga bagian bawah
vagina; serviks jarang sekali terkena infeksi. Jarang dijumpai komplikasi berat
pada vulvovaginitis gonoroika pada anak-anak; demikian julga jarang dijumpai
salpingitis, arthritis, dan septikemia. Penyakit ini dapat menyebar dari vagina kerektum dan mengakibatkan proktitis. Oftalmia gonoroika dapat terjadi sebagai
komplikasi yang berat; biasanya ini terjadi melalui tangan.
vagina; serviks jarang sekali terkena infeksi. Jarang dijumpai komplikasi berat
pada vulvovaginitis gonoroika pada anak-anak; demikian julga jarang dijumpai
salpingitis, arthritis, dan septikemia. Penyakit ini dapat menyebar dari vagina kerektum dan mengakibatkan proktitis. Oftalmia gonoroika dapat terjadi sebagai
komplikasi yang berat; biasanya ini terjadi melalui tangan.
Pada vulvovaginitis
sekret menyebabkan iritasi dan maserasi epitel vulva dan vagina yang tipis.
Dalam hal itu pasien merasa nyeri pada daerah yang terkena penyakit, yang akan
bertambah nyeri lagi kalau dibawa berjalan. Biasanya sianak menderita disuria
dan sering-sering kencing.
Umumnya gejala seluruh
penyakit ini lokal saja dan keadaan umum anak
tetap baik. Diagnosis ditentukan dengan menemukan gonokokkus pada secret vagina. Kultur perlu dibuat sebab Neisseria kataralis atau Neisseria sikka juga
menunjukkan diplokokkus intraseluler yang gram negatif.
tetap baik. Diagnosis ditentukan dengan menemukan gonokokkus pada secret vagina. Kultur perlu dibuat sebab Neisseria kataralis atau Neisseria sikka juga
menunjukkan diplokokkus intraseluler yang gram negatif.
Cara penanganan
vulvovaginitis gonoroika pada anak-anak adalah sebagai berikut: Daerah genital
harus dijaga kebersihannya dengan mencucinya beberapa kali sehari. Pengobatan
dengan estrogen sekarang ditinggalkan setelah adanya obat sulfa dan penisillin,
yang jauh lebih efektif. Pada masa ini penisillin adalah obat yang paling
sering dipakai. Obat-obat sulfa dipakai hanya pada kasus-kasus dimana
kuman-kumannya sudah resisten terhadap penisilin, tetapi masih peka terhadap
sulfa. Dosis penisilin biasanya disesuaikan dengan berat badan anak, yaitu 120
mg/kg berat badan dengan suntikan intramuskulus.
No comments:
Post a Comment