BAB
II
SUSUNAN
SARAF PUSAT
SUSUNAN SARAF PUSAT. Susunan ini terdiri dari otak
dan sumsum tulang belakang, dan urat-urat saraf atau saraf-cabang
yang tumbuh dari otak dan sumsum tulang belakang tadi, yang disebut urat saraf
periferi (urat saraf tepi). Jaringan saraf membentuk salah satu dari empat
kelom-pok jaringan utama pada tubuh.
Sel — sel saraf berpadu dan membentuk apa yang
disebut Substansi ke-labu dalam sistem ini, seperti yang dijumpai dalam kortex
otak, dan pada bagian dalam sumsum tulang belakang.
Serabut saraf atau axon membentuk Substansi
putih. Perbedaan warna ini terjadi karena axon atau serabut penghantar
diselirriuti seje-nis sarung yang terbentuk dari bahan seperti lemak, yang
mempunyai fungsi melindungi, memberi makan dan memisahkan serabut-serabut saraf
yang satu dari yang lainnya. (lihat gambar 199).
Sebuah sel saraf berikut axonnya dan prosesus
lainnya, membentuk sebuah neuron. Pada saat pemben-tukan batang saraf,
serabut-serabut saraf disusun menjadi berkas-ber-kas yang disebut fasikuli.
Sebuah Serabut saraf mempunyai kemampuan konduktivitas
(peng-hantar) dan exsitabilitas (dapat dirangsang). Serabut saraf
berkemam-puan memberikan reaksi atas rangsangan dari sumber luar, seperti, rangsangan
mekanik, elektrik, kimiawi atau fisik; yang menimbulkan impuls yang dihantarkan
melalui serabut saraf. Sebuah impuls saraf selalu dihantarkan melalui dendrit
ke sel, lantas dari sel ke axon. Proses sedemikian disebut dalil
penghantaran maju. Dengan cara yang sama, sebuah impuls dapat juga
melintasi sejumlah neuron.
impuls motorik yang dibangkitkan dalam salah sebuah sel
piramidal paia daerah motorik dalam kortex, melintasi axon atau serabut saraf
yang sewaktu menyusui sumsum tulang belakang, berada di dalam substansi putih.
Axon itu mengait dendrit sel saraf motorik pada kornu anterior sum-sum tulang
belakang. Kemudian impuls merambat pada axon sel-sel tersebut, yang membentuk
serabut-serabut motorik akar anterior saraf sumsum tulang belakang, dan dihantar
kepada tujuan akhirnya dalam otot.
Impuls
sensorik diterima
oleh ujung-ujung saraf dalam kulit, melintasi serabut saraf (dendron) menuju
sel sensorik dalam ganglion akar posterior, dan kemudian, melalui axon sel-sel
ini masuk ke dalam sumsum tulang belakang, lantas naik menuju sebuah nukleus
dalam medula oblongta, dan akhirnya dikirimkan ke otak. (Lihat jalur
lintas saraf sensorik, halaman 299). Serabut saraf yang bergerak ke dan dari
berbagai bagian otak, dike-lompokkan menjadi berkas-berkas saluran tertentu
dalam sumsum tulang belakang.
Ada
tiga jenis batang-batang saraf yang dibentuk oleh saraf serebro — spinal:
(1)
Saraf motorik atau saraf eferen yang menghantarkan
impuls dari otak dan sumsum tulang belakang ke saraf periferi (tepi)
(2)
Saraf sensorik atau saraf aferen yang membawa impuls dari
periferi
menuju otak
menuju otak
(3) Batang saraf campuran yang mengandung baik
serabut motorik,
maupun serabut sensorik, sehingga dapat menghantar impuls dalam
dua jurusan. Saraf-saraf pada umumnya adalah dari jenis yang terakhir ini.
maupun serabut sensorik, sehingga dapat menghantar impuls dalam
dua jurusan. Saraf-saraf pada umumnya adalah dari jenis yang terakhir ini.
Selain
itu ada juga serabut-serabut saraf yang menghubungkan berbagai pusat saraf
dalam otak dan sumsum tulang belakang. Serabut-serabut saraf ini disebut serabut
saraf asosiasi atau serabut saraf komisural.
2.1 M
E N I N G I A
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningia
yang melindungi struktur saraf yang halus itu, membawa pembuliih darah ke
situ, dan dengan sekresi sejenis cairan, yaitu cairan serebrospinal memperkecil
benturan atau goncangan. Meningia terdiri dari tiga lapis.
Pia Mater yang menyelipkan dirinya ke dalam celah yang ada
pada otak dan sumsum tulang belakang, dan sebagai akibat dari kontak yang
sangat erat tadi dengan demikian menyediakan darah untuk struktur-struktur ini.
Arakhnoid yang merupakan selaput halus yang memisahkan pia
mater dari dura maier.
Dura mater yang padat dan keras, terdiri dari dua
lapisan. Lapisan luar yang melapisi tengkorak, dan lapisan dalam yang bersatu
dengan lapisan luar, kecuali pada bagian tertentu, di mana sinus-venus
terbentuk, dan di mana dura mater membentuk bagian-bagian berikut: Falx
serebri yang ter-letak di antara kedua hemisfer otak. Tepi atas falx
serebis membentuk sinus longitudinalis superior atau sinus sagitalis superior
yang menerima darah vena dari otak, dan tepi bawah falx serebri membentuk
sinus longitudinalis inferior atau sinus sagitalis inferior yang menyalurkan
darah keluar falx serebri. Tentorium Serebeli memisahkan serebelum dari
serebrum.
Diafragma sellae, adalah sebuah lipatan
berupa cincin dalam dura mater dan yang menutupi sela tursika, yaitu sebuah
lekukan pada tulang sfenoid, yang berisi hipofisis.
Meningitis adalah peradangan pada meningia, yang
mempunyai gejala-gejala berupa bertambahnya jumlah dan berubahnya susunan
cairan sere-bro - spinal (CSF). Infeksi yang terjadi mungkin disebabkan bakten
atau virus; dan diagnosa dapat dilakukan dengan memeriksa cairan serebro spinal
yang diambil melalui punksi lumbal .
Sistem ventrikuler terdiri dari beberapa rongga
dalam otak yang berhubungan satu sama lain. Ke dalam rongga-rongga itulah
plexus khoroid menyalurkan cairan serebro
spinal. Plexus khoroid dibentuk oleh jaringan pembuluh darah kapiler
yang sangat halus dan ditutupi oleh bagian pia mater yang membelok ke dalam
ventrikel dan menyalurkan cairan serebrospinal.
Kedua ventrikel laterak, masing-masing berada
satu pada tiap hemisfer otak, dan bersambung dengan ventrikel ketiga yang
terletak pada garis te-ngah antara kedua talamus. Ventrikel ketiga bersambung
dengan ventrikel keempat yang terdapat di antara serebelum, pons dan medula
oblo-ngata, melalui saluran kecil, aqueduktus serebri. Celah-celah pada atap
ventrikel keempat memungkinkan cairan serebro — spinal memasuki ruang
subarakhnoid yang mengelilingi keseluruhan otak dan sumsum tulang belakang.
Cairan serebro — spinal adalah hasil sekresi
plexus khoroid (. Cairan ini bcrsifat alkali, bening mirip plasma. Tekanannya
adalah 60 sampai 140 mm air.
Sirkulasi cairan serebro — spinal. Cairan ini
disalurkan oleh plexus khoroid ke dalam ventrikel-ventrikel yang ada di dalam
otak; cairan itu mosuk ke dalam kanalis sentralis sumsum tulang belakang dan
juga ke dalam ruang subarakhnoid melalui celah-celah yang terdapat pada
ventrikel keempat.
Setelah itu cairan ini dapat melintasi ruangan di
atas seluruh permukaan otak dan sumsum tulang belakang hingga akhirnya kembali
ke sirkulasi vena melalui granulasi arakhnoid (granulatio arfachnoidalis) pada
sinus sa-gitalis superior (lihat gambar 202).
Oleh karena susunan ini maka bagian saraf otak
dan sumsum tulang belakang yang sangat halus, terletak di antara dua lapisan
cairan — lapisan cairan sebelah dalam yang merupakan isi dari
ventrikel-ventrikel otak dan saluran pusat sumsum tulang belakang, dan lapisan
cairan sebelah luar
Garis-garis besar berupa diagram yang menunjukkan kedudukan
ruang-ruang yang berisi cairan — Ruang Sub-Arakhnoid, Ventrikel dan Canalis
Spinalis — yang berada di dalam dan sekitar Otak dan Sumsum Tulang Belakang.
yang berada dalam ruang subarakhnoid. Dengan adanya kedua
"bantalan air" ini, maka sistem persarafan terlindung baik.
Fungsi cairan serebro — spinal. Cairan
ini bekerja sebagai bufer, melin-dungi otak dan sumsum tulang belakang.
Menghantarkan makanan ke jaringan sisteni persarafan pusat.
Punksi lumbal. Oleh karena sumsum tulang belakang berakhir pada
ketinggian vertebra lumbalis pertama atau kedua dan ruang subarakhnoid
memanjang terus hingga ketinggian vertebra sakralis kedua, maka contoh
cairan serebro — spinal dapat disedot keluar dengan menyuntikkan
jarun'i punksi lumbal ke dalam ruang subarakhnoid di antara titik-titik
ini, dar^ tindakan ini disebut punksi lumbal.
Pemeriksaan cairan serebro — spinal yang dilakukan dengan
cara itu da-pat mengungkapkan keterangan penting tentang kemungkinan adanya
meningitis dan perdarahan subarakhnoid pada otak.
2.2 BAGIAN-BAGIAN
OTAK
Perkembangan. Otak terletak di dalam rongga
kranium tengkorak. Otak berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlihatkan tiga gejala pembesaran, otak
p.wal, yang disebut otak depan, otak tengah dan otak belakang. Jadi: Otak
depan, menjadi belahan
otak (hemispheium cerebri),
korpus striatum dan talami (talamus
dan hipotalamus) Otak tengah,
otak tengah (diensefalon)
Otak belakang, pons Varolii Ketiga
bagian ini membentuk
medula
oblongataL Batang
Otak
serebelum (lihat
halaman 286 dan gam-
bar 207).
Serebrum mengisi bagian depan dan atas rongga
tengkorak, yang masing-masing disebut fosa kranialis anterior dan fosa
kranialis tengah (lihat gam- bar 38, halaman 45).
Serebrum terdiri dari dua belahan (hemisfer) besar sel saraf
(substansi kelabu) dan serabut saraf (substansi putih). Lapisan luar subtansi
kelabu disebut kortex (lihat di bawah). Kedua hemisfer otak itu
dipisahkan oleh celah yang dalam, tapi bersatu kembali pada bogian bawahnya
melalui korpus kalosum, yaitu massa substansi putih yang terdiri dari
serabut saraf. Di sebelah bawahnya lagi terdapat kelompok-ke-lompok substansi
kelabu atau ganglia basalis (lihat halaman 284).
Berbagai daerah pada otak. Fisura-fisura dan sulkus-sulkus
membagi hemisfer otak menjadi beberapa daerah. Kortex serebri bergulung-gulung
dan terlipat secara tidak teratur, sehingga memungkinkan luas permukaan
substansi kelabu bertambah. Lekukan di antara gulungan-gulungan itu disebut
sulkus, dan sulkus yang paling dalam membentuk fisura longitudi-nalis dan
lateralis. Fisura-fisura dan sulkus-suikus ini membagi otak dalam beberapa
daerah atau "lobus" yang letaknya sesuai dengan tulang yang berada di
atasnya, seperti lobus frontalis, temporalis, perietalis dan oksi-pitalis.
Fisura longitudinalis adalah celah dalam pada bidang medial yang membagi
serebrum menjadi hemisfer kanan dan kiri. Sekeping tipis dura mater yang
disebut falx serebri menyelipkan dirinya ke dalam fisura itu (lihat gambar
188). Dengan cara yang sama sebagian kecil dura mater, yang disebut flax
serebeli, membagi serebelum menjadi hemisfer kanan dan kiri.
Sulkus lateralis, atau fisura Silvius, memisahkan lobus
temporalis dari lobus frontalis (pada sebelah anterior) dan dari lobus parietalis
pada sebelah posterior (lihat gambar 204, bawah).
Sulkus sentralis atau fisura Rolandi memisahkan
lobus frontalis dari lobus parietalis. Lobus oksipitalis terletak di belakang
lobus parietalis dan bersandar pada tentorium serebeli — yaitu sebuah lipatan
dura mater yang memisahkan fosa kranialis tengah fosa kranialis posterior di
bawahnya.
Kortex serebri terdiri dari banyak lapisan sel saraf; yang
adalah substan-si kelabu serebrum. Kortex serebri ini tersusun dalarn, banyak
gulungan-gulungan dan lipatan yang tidak teratur, dan dengan demikian menambah
daerah permukaan kortex serebri, persis sama seperti melipat sebuah benda yang
justru memperpanjang jarak sampai titik ujungnya yang sebenarnya.
Substansi putih terletak agak lebih dalam
dan terdiri dari serabut saraf milik sel-sel pada kortex.
Kortex serebri dibagi menjadi beberapa daerah, sebagian memiliki
fungsi motorik, dan sebagiannya lagi mempunyai fungsi sensorik.
Daerah motorik terletak persis di depan sulkus sentralis (lihat
gambar 204), dan memanjang terus hingga sulkus lateralis. Daerah motorik
ini pada kortex, mengandung sel-sel besar yang merupakan awal jalur motorik
yang mengendalikan gerakan pada sisi lain dari tubuh. Keseluruhan tubuh
justru dilukiskan terbalik yaitu: berturut-turut dari atas ke bawah adalah
daerah motorik yang mengendalikan anggota badan bawah, badan, anggota badan
atas, leher dan akhirnya kepala, seperti yang diperlihatkan dalam gambar 205.
Bagian paling bawah pada kortex motorik disebut Daerah
Broca dan mempunyai hubungan dengan kemampuan bicara pada seseorang. Pada
orang-orang yang lazim menggunakan anggota badannya yang sebelah kanan, Daerah
Broca terletak pada sisi kiri hemisfer, sebaliknya pada orang-orang kidal, Daerah
Broca terletak pada sisi kanan hemisfer.
Kortex sensorik terletak persis di belakang sulkus sentralis. Di
sini ber-bagai sifat perasaan (lihat Gambar 204 dan 205) dirasakan dan
lantas di-tafsir.
Daerah auditorik (pendengaran) terletak pada lobus temporalis,
persis di bawah fisura longitudinalis. Di'sini kesan atas suara dit.erima dan
ditaf-sirkan.
Daerah visuil (penglihatan) terletak pada ujung lobus
oksipitalis yang menerima bayangan serta kesan-kesan untuk ditafsirkan.
Pusat pengecapan dan penrinmani terletak agak di sebelah
depan pada lobus temporalis.
Substansi putih pada hemisfer otak terdiri dari serabut saraf
yang ber-gerak ke dan dari kortex, dan menyambungkan berbagai "pusat"
pada otak dengan sumsum tulang belakang.
Ganglia
Basalis; Sebagaimana
telah diuraikan di depan, beberapa ke-lompok kecil substansi kelabu yang
disebut ganglia atau nuklei basalis, ter-benam dalam massa substansi putih pada
setiap hemisfer otak. Dua dari antaranya dalah nukleus kaudatus dan nukleus
lentiformis, dan kedua-duanya bersama membentuk korpus striatum. Struktur
ini berhubungan erat dengan massa substansi kelabu yang lain, yaitu talamus yang
terletak di tengah-tengah struktur itu. Ada kemungkinan besar bahwa sistem nukleus
dan serabut ini, yang merupakan bagian sistem ekslra-piramidal, mempengaruhi
tonus dan sikap tubuh, menyatukan dan menyesuaikan ge-rakan-gerakan otot-sadar
utama, j ang merupakan tugas jalur motorik de-sendens yang besar, atau sistem
piramidal.
Talamus
terutama
berkenaan dengan penerimaan impuis sensorik, yang dapat ditafsirkan pada
tingkat subkortikal, atau disalurkan pada daerah sensorik kortex otak, dengan
tujuan mengadakan kegiatan penting menga-tur perasaan dan gerakan pada
pusat-pusat tertinggi.
Hipotalamus.
Pada
daerah-dasar atau lunas ventrikel ketiga, terdapat beberapa nukleus tertentu yang
merriiliki kegiatan fisiologik yang tertentu juga
Beberapa
di antaranya mempunyai hubungan dengan sistem saraf oto-nom yang membentuk
"bagian tertinggi pada sistem itu". Beberapa nu-kleus juga mempunyai
hubungan dengan lobus posterior — kelenjar hipofi-sis pada sistem endokrin, di
mana nukleus-nukleus itu melakukan pengen-dalian. Fungsi-fungsi seperti
pengaturan suhu tubuh, lapar dan haus diatur oleh pusat-pusat dalam
hipotalamus.
Gangguan pada daerah-daerah ini menyebabkan tremor atau gemetaran pada
saat tidak bergerak, dan apabila bergerak maka gerakan akan menja-di kaku.
Sebuah contoh klasik adalah Penyakit Parkison atau paralisis agitans,
yaitu keadaan progresif yang bermula pada saat-saat seseorang mengiiijak
masa setengah umur. Gangguan itu nampak berupa kepala te-gang dan kaku, badan
membungkuk, lengan dengan jarijemari yang kaku menggelantung di samping, jempol
mendekati jari-jari lain laksana meng-gelintir pil secara ritmik. Paha kaku dan
agak susah bergerak. Pasien yang menderita sakit ini hanya mampu melangkah
dengan langkah-Iangkah per-dek dan pelan. Kulit muka halus laksana topeng,
tanpa adanya kerutan, Cara bicara pun perlahan dan monoton. Akhir-akhir ini
pembedahan ganglia basalis telah melahirkan perkembangan yang menggembirakan pada
ka-sus-kasus tertentu.
Kapsula
Interna terbentuk
oleh berkas-berkas serabut motorik dan senso-rik yang menyambung kortex serebri
dengan batang otak dan sumsum tu-lang belakang. Pada saat melintasi pulau-pulau
substansi kelabu, berkas-berkas saraf ini berpadu satu sama lain dengan
eratnya.
Trombosis arteri yang melayani kapsula interna, dapat
menimbulkan kerusakan pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia); kerusakan
serebro-vas-kuler seperti itu discbut "stroke" (lihat Catatan
Klinik halaman 298).
Kortex adalah asal semua impuls motorik yang mengendalikan
otot tu-lang-tulang.
Kortex juga merupakan daerah-akhir untuk menerima semua
impuls saraf sensorik yang masuk guna dinilai dan ditafsirkan, termasuk
sensibilitas kulit sentuhan, sakit, tekanan, suhu, getaran, jaringan, bentuk
dan ukuran serta sensibilitas otot dan sendi
Batang otak terlihat dari otak tengah (diensefalon) pons varoli
dan medulla oblongata.
Otak tengah ( diensefalon ) merupakan bagian ats batang otak.
Aque duktus serebri yang menghubungkan ventrikel ketiga dan ke empat melintasi
melalui otak tengah ini. Otak tengah dapat juga dibagi dalam 2 tingkat :
1.
Atap yang mengandung banyak pusat-pusat reflek yang penting untuk
penglihatan dan pendengaran
2.
Jalur motorik yang besar, yang turun dari kapsula interna melalui
bagian dasar otak tengah, menurun terus melalui pons dan medula oblongata
menuju sum-sum tulang belakang
Jalur lintas sensorik,
dalam perjalanannya dari sum-sum tulang belakang, medula dan pons, mendaki
melalui bagian otak tengah ini sebelum memasuki talamus atau kapsula interna,
guna mencapai penyebaran – akhirnya dalam kortex sensorik hemisfer serebri
Otak tengah mengandung pusat-pusat yang mengendalikan
keseimbangan dan gerakan-gerakan mata
Pons Varoli merupakan bagian tengah batang otak dank arena
itu memiliki jalur lintas naik turun seperti pada otak tengah. Selain itu juga
terdapat banyak serabut yang berjalan menyilang pons untuk menghubung-
kan kedua lobus serebelum; dan menghubungkan serebelum dengan kortex
serebri.
kan kedua lobus serebelum; dan menghubungkan serebelum dengan kortex
serebri.
Medula oblongata membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan
pons dengan sumsum tulang belakang. Medula oblongata ter-letak dalam fosa
kranialis posterior dan bersatu dengan sumsum tulang belakang tepat di bawah
foramen magnum tulang oksipital.
Sifat-sifat utama medula oblongata adalah bahwa di situ jalur
motorik desendens (menurun) melintasi batang otak dari sisi yang satu menuju
sisi yang lain. Hal ini disebut dekusasio motorik. Perpotongan seperti
di atas yang dilakukan jalur sensorik pada medula, juga terjadi, dan disebut dekusasio
sensorik.
Medula oblongata mengandung nukleus atau badan sel dari
berbagai sa-raf otak yang penting. Selain itu medula mengandung
"pusat-pusat vital" yang berfungsi mengendalikan pernapasan dan
sistem kardio-vaskuler. Oleh karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian
ini dalam batang otak, dapat membawa akibat yang sangat serius.
Serebelum adalah oagian terbesar dari otak belakang.
Serebelum me-
nempati fosa kranialis posterior dan diatapi oleh tentorium-serebeli, yavig
merupakan lipatan dura mater yang memisahkannya dari lobus oksipitalis
serebri.
nempati fosa kranialis posterior dan diatapi oleh tentorium-serebeli, yavig
merupakan lipatan dura mater yang memisahkannya dari lobus oksipitalis
serebri.
Rongga ventrikel kecmpat memisahkan serebelum dari pons dan
medula oblongata. Sebuah celah yang dalam memisahkan serebelum menjadi dua
hemisfer, hemisfer kiri dan kanan; dan ke dalam celah itulah falx serebeli, yang
merupakan sebuah lipatan dura mater lain, menyelipkan dirinya.
Susunan substansi kelabu dan putih pada serebelum sama
seperti susun-an yang terdapat pada serebrum, yaitu dengan substansi kelabu
berada di permukaan. Permukaan itu berbukit-bukit dan berlipat-lipat dalam
belitan Dan fisura antara tumpukan-tumpukan pada serebelum sangat rapat satu
sama lain, dibandingkan dengan sulkus pada kortex serebri.
Serebelum mempunyai hubungan dengan berbagai bagian lain
sistem persarafan. Tetapi hubungannya yang terutama adalah dengan hemisfer
serebri pada sisi yang lain dan dengan batang otak. Selain itu serebelum
menerima serabut dari sumsum tulang belakang dan berhubungan dengan pusat-pusat
refleks penglihatan pada atap otak tengah (diensefalon), dengan talamus dan
dengan serabut-serabut saraf pendengaran.
Fungsi serebelum adalah untuk mengatur sikap dan aktivitas sikap
badan. Serebelum berperanan penting dalam koordinasi otot dan menjaga
ke-seimbangan. Bila serabut kortiko-spinal yang melintas dari kortex serebri ke
sumsum tulang belakang mengalami penyilangan (lihat atas), dan de- .
ngan demikian mengendalikan gerakan sisi yang lain dari tubuh, maka hemisfer
serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri.
Cedera unilateral pada serebelum mengakibatkan gangguan
pada sikap dan tonus otot. Gerakan sangat tidak terkoordinir, seorang pasien
yang rnen-derita gangguan tersebut mungkin tidak sanggup memasukkan makanan ke
dalam mulutnya sendiri, dan bahkan mengotori mukanya akibat makanan yang
tercecer; terombang-ambing sewaktu berjalan dan cenderung untuk jatuh ke arah
sisi badan yang mendapat cedera. Semua gerakan sadar dan otot-otot anggota
badan menjadi lemah, dan cara bicara pun lambat.
3.3 SARAF-SARAF
KEPALA
Ada dua belas pasang saraf kranial. Beberapa daripadanya
adalah se-rabut campuran, yaitu gabungan saraf motorik dan saraf sensorik,
semen-tara lainnya adalah atau hanya saraf motorik, ataupun hanya saraf sensorik,
misalnya saraf untuk pancaindra.
(1)
Nervus olfaktorius (sensorik), urat saraf penghidu. (Lihat juga
ha-
laman 315).
laman 315).
(2)
Nervus optikus (sensorik), urat saraf penglihat. (Lihat juga ha-
laman 316-322).
laman 316-322).
(3)
Nervus okulo-motorius melayani sebagian besar otot externa mata.
Juga menghantar serabut-serabut saraf parasimpatis untuk mela
yani otot siliari dan otot iris. Secara klinis, kerusakan pada saraf ini
akan mengakibatkan ptosis, juling, dan kehilangan refleks terhadap
cahaya dan daya akomodasi.
Juga menghantar serabut-serabut saraf parasimpatis untuk mela
yani otot siliari dan otot iris. Secara klinis, kerusakan pada saraf ini
akan mengakibatkan ptosis, juling, dan kehilangan refleks terhadap
cahaya dan daya akomodasi.
(4)
Nervus trokhlearis (motorik) ke arah sebuah otot mata, yaitu mus-
kulus obliqus externa.
kulus obliqus externa.
(5)
Nervus Trigeminus. Inilah
saraf otak yang terbesar. Pada hakekat-
nya, nervus trigeminus merupakan urat saraf sensorik yang mela-
yani sebagian bcsar kulit kepala dan wajah; juga melayani selaput
lendir mulut, hidung, sinus paranasalis serta gigi, dan dengan peran-
taraan sebuah cabang motorik kecil, mempersarafi otot-otot pengu-
nyah. Nervus Trigeminus terbagi menjadi tiga cabang utama, yang
bergerak ke depan dari ganglion trigeminus yaitu: nervus oftal-
mikus, maxilaris dan mandibulans, yang berfungsi menampung sen-
sibilitas dari berbagai daerah wajah, mulut, gigi dan sebagian teng-
korak sebagaimana diperiihatkan pada gambar 208. Juga menyedia-
kan scrabut-serabut sensorik pengecap pada lidah.
nya, nervus trigeminus merupakan urat saraf sensorik yang mela-
yani sebagian bcsar kulit kepala dan wajah; juga melayani selaput
lendir mulut, hidung, sinus paranasalis serta gigi, dan dengan peran-
taraan sebuah cabang motorik kecil, mempersarafi otot-otot pengu-
nyah. Nervus Trigeminus terbagi menjadi tiga cabang utama, yang
bergerak ke depan dari ganglion trigeminus yaitu: nervus oftal-
mikus, maxilaris dan mandibulans, yang berfungsi menampung sen-
sibilitas dari berbagai daerah wajah, mulut, gigi dan sebagian teng-
korak sebagaimana diperiihatkan pada gambar 208. Juga menyedia-
kan scrabut-serabut sensorik pengecap pada lidah.
Catatan Klinik
Herpes yang menyerang cabang oftalmik, akan berakibat parah bila
kornea ikut terserang. Hal ini akan menimbulkan bekas-bekas goresan yang
mengakibatkan pendcrita mengalami se-tengah buta, atau buta sama sekali.
Serangan herpes dapat menyebabkan post-herpetik neuralgia yang gejalanya
berupa rasa sakil yang hebat dan persisten (terus-menerus). Post-herpetik
ensefalitis lebih jarang terjadi.
Trigeminal neuralgia dapat mengenai salah satu atau ketiga
cabang-cabang saraf trigeminus. Rasa sakitnya akut dan paroxismal, dan dalam beberapa
kasus sangat melemahkan pen-derita. Keadaan dapat diringankan dengan tindakan
pembedahan tertentu, tetapi hal ini akan menimbulkan perasaan tidak enak dan
membuat wajah terasa kaku atau kebal, sementara di lain pihak juga agak susah
dilaksanakan.
(6)
Saraf" abdusens (motorik), menuju satu otot mata, yaitu
rektus la-
teralis.
teralis.
(7) Saraf fasialir,. Saraf
ini terutama motorik untuk otot-otot mimik (pa
da wajah) dan kulit kepala (lihat gambar 209). Saraf fasialis juga
merupakan saraf sensorik yang menghantarkan rasa pengecap dari
lidah (lihat halaman 314). • ;
da wajah) dan kulit kepala (lihat gambar 209). Saraf fasialis juga
merupakan saraf sensorik yang menghantarkan rasa pengecap dari
lidah (lihat halaman 314). • ;
Segi-segi Klinis. Paralisa urat saraf fasial dapat disebabkan
oleh banyan hal antara lain fraktur tengkorak, tumor, dan poliomielitis yang
mengenai otak.
Bell's Palsy adalah gangguan akut pada serabut motorik bawah
dari nervus fasialis ini. Hal itu akan mengakibatkan bahwa bagian wajah yang
terserang tidak dapat bergerak, mata selalu terbuka, air mata menggenangi
wajah, makanan bertumpuk pada sisi ruang dalam mulut. Kendati keba-nyakan kasus
kelumpuhan Bell ini dapat sembuh secara sempurna, sebab kelumpuhan itu sendiri
sangat sedikit diketahui.
(8)
Saraf pendengaran atau nervus akustikus (sensorik) untuk pen-
dengaran. Saraf ini terdiri atas dua bagian yaitu nervus kokhlearis,
saraf yang sesungguhnya untuk pendengaran, dan nervus vestibula-
dengaran. Saraf ini terdiri atas dua bagian yaitu nervus kokhlearis,
saraf yang sesungguhnya untuk pendengaran, dan nervus vestibula-
(9) Nervus glosso-faringeics mengandung serabut
motorik dan sen-sorik. Serabut motorik menuju salah satu otot
konstriktor farinx, sementara sekreto-motorik menuju kelenjar parotis,
dan saraf sen-sorik menuju posterior ketiga pada lidah dan sebagian
palatum lu-nak.
(10)
Nervus Vagus terdiri dari serabut motorik dan sensorik yang
fungsi-fungsinya telah disebutkan pada halaman 308 (lihat juga gam-
bar 225, halaman 311).
bar 225, halaman 311).
(11)
Nervus aksesorius. Saraf ini terbelah menjadi dua bagian: yang
pertama menyertai vagus menuju larinx dan farinx, yang kedua ada-
lah saraf motorik yang menuju otot sterno - mastoid (nervus ster-
no-kleido-mastoideus) dan otot trapezius.
pertama menyertai vagus menuju larinx dan farinx, yang kedua ada-
lah saraf motorik yang menuju otot sterno - mastoid (nervus ster-
no-kleido-mastoideus) dan otot trapezius.
(12) Nervus hipoglosus (motorik), menuju otot
lidah.
No comments:
Post a Comment