1.
Pengertian
Pap smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel
cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop.
Pap smear merupakan pemeriksaan sitolog. Tes ini
diperkenalkan oleh Gri Papanicalau pada
tahun 1943, untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) melalui mikroskop. Pap
smear merupakan alat skrining kanker serviks uteri yang dipergunakan untuk
membantu perubahan sel epitel serviks uteri yang dipergunakan untuk memantau
sel epitel serviks uteri mulai dari perubahan displasia ringan, displasia
sedang, displasia berat dan karsinoma in situ.
2.
Kegunaan Pap Smear
Pap smear berguna sebagai pemeriksaan penyaringan
(skrening) dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan dini sehingga
kelainan pra kanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah
dan murah.
3.
Faktor Resiko
Faktor yang menyebabkan wanita beresiko terkena kanker
servik yaitu:
a.
Infeksi Human Papiloma Virus (HpV)
Lebih dari 90% kasus kandiloma serviks, semua NIS dan kanker serviks
mengandung DNA virus HpV. Dari 70 tipe HpV yang diketahui saat ini, ada 16 tipe
HpV yang erat kaitannya dengan kejadian kanker serviks. Virus ini ditularkan
melalui hubungan seksual. Wanita yang beresiko terkena penyakit akibat hubungan
seksual juga beresiko terinfeksi virus ini sehingga mempunyai resiko terkena
kanker serviks.
b.
Perilaku Seksual
Berdasarkan penelitian, resiko kanker serviks uteri meningkat lebih dari
10 kali bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks, atau bila hubungan
seks pertama dibawah umur 15 tahun. Resiko juga meningkat bila berhubungan seks
dengan banyak laki-laki beresiko tinggi (laki-laki yang berhubungan seks dengan
banyak wanita), atau laki-laki yang mengidap penyakit kandiloma okuminatun di
zakarnya (penis).
c.
Rokok Sigaret
Wanita perokok mempunyai resiko 2x lipat terhadap kanker serviks uteri
dibandingkan dengan wanita bukan perokok. Dalam lendir serviks wanita perokok
terkandung nikotin zat-zat tersebut menurunkan daya tahan dan menyebabkan
kerusakan DNA epitel serviks sehingga timbul kanker serviks uteri, disamping
merupakan kokarsinogen infeksi virus.
d.
Trauma kronis pada serviks
Trauma ini terjadi karena persalinan yang berulang kali (anak banyak)
adanya infeksi dan iritasi menahan.
e.
Kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko
1,5 – 2,5 kali bila diminum dalam jangka panjang, yaitu lebih dari 4
tahun
f.
Defesiensi Zat Besi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa definisi asam folat dalam
meningkatkan resiko terjadinya NIS 1 dan NIS 2, serta mungkin juga meningkatkan
resiko terkena kanker serviks uteri pada wanita yang rendah konsumsi vitamin
(A, C dan E).
4.
Pencegahan
Beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a.
Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah dan sudah
mempunyai anak perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali.
b.
Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti
diafragma dan kondom, karena memberi perlindungan terhadap kanker serviks.
c.
Hindari hubungan seks pada usia muda dan jangan
berganti-ganti pasangan seks.
d.
Dianjurkan untuk berprilaku hidup sehat, seperti
menjaga kebersihan alat kelamin dan tidak merokok.
e.
Perbanyak makan sayur dan buah segar.
5.
Gejala Kanker Serviks Uteri
Kanker serviks uteri tidak menimbulkan adanya
benjolan, namun kanker serviks uteri ini bisa dirasakan keberadaannya oleh
penderita. Kemungkinan terserang kanker serviks uteri dapat dipelajari dari
gejala-gejala seperti berikut :
a.
Keluar cairan encer dari vagina atau biasa disebut
keputihan, bahkan, pada stadium lanjut cairan berwarna kuning kemerahan dengan
bau sangat menyengat.
b.
Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal.
c.
Perdarahan antara haid atau setelah mati haid (menopause).
d.
Rasa berat di perut bawah.
e.
Rasa kering di vagina.
f.
Sering timbul rasa gatal yang berlebihan di bagian
dalam vagina, bahkan terkadang timbul koreng di bagian dalam vagina.
g.
Timbul gejala kekurangan darah (anemia) bila terjadi
perdarahan kronis, misalnya pucat, lesu, mudah lelah, mengantuk, berdebar dan
sebagainya.
h.
Timbul nyeri di tempat-tempat lain bila sudah terjadi
penyebaran (metastasis).
i.
Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus karena kurang
gizi, edema kaki, iritasi kandung kemih dan poros usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuk fistel rektovaginal dan gejala-gejala akibat metasfasis
jauh.
6.
Faktor Pemicu Timbulnya Kanker
Hingga sekarang penyebab utama kanker belum diketahui
secara pasti oleh para ahli. Mereka hingga kini masih terus melakukan kajian.
Namun, terjadinya kanker pada wanita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu keturunan, umur, makanan, bahan kimia, dan pola hidup sehat.
7.
Deteksi Dini
Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan pap smear.
Pemeriksaan ini berguna sebagai pemeriksaan penyaringan (skrining) dan
pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini.
Bagi wanita berusia diatas 25 tahun yang telah menikah
atau sudah melakukan sanggama, dianjurkan untuk pap smear sekali setahun secara
teratur seumur hidup. Bila pemeriksaan tahunan tiga kali berturut-turut
hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap tiga tahun.
Pada wanita dengan resiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali dalam
setahun atau sesuai petunjuk dokter.
8.
Diagnosis
a.
Anamnesis
Penderita kanker serviks uteri sering mengeluh adanya perdarahan
pervaginam abnormal yang bervariasi seperti kontak bleeding, haid yang
berkepanjangan, perdarahan sesudah 2 tahun post menopause, perdarahan yang
mirip dengan cairan cucian daging, berbau amis, biasanya dijumpai pada stadium
lanjut.
b.
Pengambilan Cairan Untuk Pap Smear
Syarat utama cairan yang akan diambil adalah tidak boleh bercampur cairan
lainnya yang dapat mengganggu pemeriksaan. Oleh karena itu dapat dirinci
sebagai berikut:
1)
Cairan yang akan diambil dibagian luar genetalia
biarkan sebagaimana adanya, jangan dicuci sekalipun berbau.
2)
Cairan liang senggama, jangan dicuci menjelang
pengambilan jangan melakukan hubungan seks sedikitnya 3 hari. Terlihat disini
bahwa pengambilan pap smear tidak menimbulkan rasa sakit tetapi metode ini
mempunyai keuntungan yang cukup besar.
c.
Saat Pengambilan Pap Smear
Sediaan sebaiknya diambil sesudah haid, karena akan menimbulkan kesulitan
dalam interprestasi. Akan tetapi pada pasien yang tidak dapat menepati
perjanjian atau haid yang tidak teratur sebaiknya diambil saja. Pada peradangan
berat pengambilan sediaan ditunda sampai pengobatan selesai. Pasien dilarang
mencuci atau memakai pengobatan melalui vagina 48 jam sebelum pengambilan
sediaan. Pada menopause dapat terjadi perubahan seluler karena atrofi,
diperlukan pemberian estrogen sebelumnya.
d.
Cara Pengambilan Pap Smear yang benar
Alat-alat yang
diperlukan untuk pengambilan pap smear :
1.
Formulir konsultasi sitologi
2.
Spatula Ayre yang dimodifikasi dan Cytobrush
3.
Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan
tanda/lebel
4.
Spekulum cocor bebek (Greave’s) kering
5.
Tabung berisikan larutan fiksasi alkohol 95%
Cara Pengambilan sediaan :
1)
Isi formulir permintaan dengan data-data penderita yang
lengkap dan diagnosis atau terapi sebelumnya, dan sesuaikan dengan nomor urut
pengambilan.
2)
Identifikasi (nama dan umur) pada kaca benda
sebaiknya-baiknya agar tidak tertular. Nama terdiri dari 2 suku kata.
3)
Jangan lakukan pemeriksaan vagina sebelum pengambilan
sediaan.
4)
Pasang speculum cocor bebek untuk menampilkan serviks.
Pemakaian speculum vagina jangan disertai dengan pelumas.
5)
Jangan bersihkan permukaan serviks dengan kapas atau
kain kasa.
6)
Cytobrush dimasukkan ke dalam kanalis diputar 1800
searah jarum jam
7)
Spatula dengan ujung pendek diusap 3600 pada
permukaan serviks
8)
Cytobrus diusapkan pada kaca benda berlawanan arah
jarum jam dan spatula juga digeserkan pada kaca benda yang sama dan telah
diberikan lebel (dengan pensil) gelas) pada sisi kirinya. Penggeseran meliput
seluruh panjang gelas sediaan dan hendaknya digeserkan sekali saja.
9)
Kaca benda segera dimasukkan dalam larutan fiksasi
alkohol 95%. Sediaan difiksasi minimal 30 menit.
10) Sediaan
kemudian dikeringkan dengan menggunakan pengeringan udara. Bila fasilitas
pewarnaan jauh dari tempat praktek, sediaan dapat dimasukkan dalam
amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah.
Dengan pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan
pewarnaan sediaan baik serta pengamatan mikroskopik yang cermat, merupakan
langkah yang memadai dalam menegakkan diagnosis.
e.
Interpetasi
1)
Sistem Pelaporan
Dikenal beberapa sistem pelaporan hasil pemeriksaan pap
smear yaitu sistem Papanicolaou, sistem deskriptif (displasia), neoplasia
intra epitel serviks dan sistem Bethesda.
Klasifikasi Papnicolaou adalah sistem yang pertama
kali dikemukakan oleh Papanicoloau. Sistem ini membagi hasil pemeriksaan
menjadi 5 kelas.
Sistem ini telah banyak ditinggalkan karena tidak
mencerminkan neoplasma serviks/vagina, tidak mempunyai padanan dengan
timinology histopatologi, tidak mencantumkan diagnosis non kanker, tidak
menggambarkan interprestasi yang seragam, dan tidak menunjukan suatu pernyataan
diagnosis.
2)
Sistem Bethesda
Sistem ini merupakan penyempurnaan dari sistem
Bethesda 1988, diputuskan pada tanggal 29-30 April 1991 oleh National Institute
USA. Tujuannya adalah menghilangkan kelas-kelas papanocolaou, menciptakan
terminology seragam memakai istilah diagnostic, memasukan pernyataan adekuat.
Sistem pelaporan ini mencakup komunikasi efektif
antara ahli sitologi dan dokter perujuk, mempermudah korelasi
sitologi-histologi, mempermudah penelitian epidemiologi, biologi dan patologi
dan data yang dapat dipercaya untuk analisa statistic nasional dan
internasional.
Kelebihan cara pelaporan TBS: penyederhanaan
terminology dengan memakai terminology diagnostic yang jelas untuk kategori
umum yaitu dalam batas normal, perubahan seluler jinak, abnormalis sel epitel.
No comments:
Post a Comment