Menurut beberapa teori pengertian partus lama
sebagai berikut:
1. Persalinan yang lama
Persalinan
di katakan lama jika berlangsung lebih dari 24 jam. Konsep ini berbahaya jika
memberi kesan konotasi yang salah bahwa persalinan dapat berlanjut 24 jam
sebelum keterlambatan terdiagnosa.
Persalinan
harus dinyatakan lama jika terjadi keterlambatan 2-3 jam di belakang partograp
normal.Definisi ini menarik perhatian yang lebih dini terhadap terjadinya abnormalitas
2. Persalinan lama
-
Fase
laten lebih dari 8 jam
-
Persalinan
telah berlangsung 12 jam atau lebih atau lebih tanpa kelahiran bayi (persalinan lama)
-
Dilatasi
serviks di kanan garis waspada pada partograf.
3. Persalinan Disfungsional
Yaitu meliputi semua keadaan
persalinan dengan terhambat atau terhentinya kemajuan pembukaan serviks pada
fase aktif atau terhambatnya dan terhentinya bagian terendah janin penurunan
pada kala II.
4.
Persalinan
lama atau persalinan kasep
Adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan
atau 18 jam bagi multigravida.
5. Persalinan lama
Adalah persalinan aktif dengan
kontraksi uterus yang teratur dan dilatasi servikal progresif, yang terjadi
lebih dari 12 jam.
Penyebab
Persalinan Lama
His atau Kontraksi Uterus
Kontraksi secara normal menjadi lebih sering dan berlangsung
lebih lama seiring dengan kemajuan persalinan. His normal mempunyai sifat :
1. Kontraksi
otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim
2. Fundal
dominan, menjalar keseluruh otot rahim
3. Kekuatannya
seperti memeras isi rahim
4. Otot
rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi
tetraksi dan pembentukan sekmen bawah rahim.
Persalinan yang lama disebabkan
oleh :
1. Kontraksi
(Power) abnormal
a. His
tidak adekuat (inersia uteri)
Dalam inersia
uteri his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan
lebih dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol.
Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan
jarang daripada biasa. Menurut Manuaba inersia uteri yakni his yang sifatnya
lemah, pendek dan jarang dari his normal yang terbagi menjadi :
1) Inersia
uteri primer
Bila sejak semula kekuatannya sudah
lemah
2) Inersia
uteri sekunder
§ His
pernah cukup kuat, tetapi kemudian melemah
§ Dapat
ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan pada bagian terendah
terdapat kuat dan mungkin ketuban telah pecah.
His yang lemah dapat menimbulkan
bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk
penderita ke rumah sakit, puskesmas atau dokter spesialis.
Keadaan umum
penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih
utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin, kecuali jika
persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan
mortalitas janin naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic
uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk
waktu yang lain, hal itu dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini
persalinan tidak dibiarkan berlangsung demikian lama sehingga dapat menimbulkan
kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder seperti digambarkan di atas
jarang ditemukan, kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu
persalinan. Dalam menghadapi inersia uteri harus diadakan peniliaan yang seksama untuk menentukan sikap yang
harus diambil. Jangan dilakukan tindakan tergesa-gesa untuk mempercepat
lahirnya janin. Tidak dapat diberikan waktu yang pasti, yang dapat dipakai
sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia uteri, atau untuk memulai
terapi aktif.
Diagnosis inersia
uteri paling sulit dalam masa laten; untuk hal ini diperlukan pengalaman.
Kontraksi uterus yagn disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis
bahwa persalinan sudah mulai. Untuk sampai kepada kesimpulan ini diperlukan
kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yakni
pendataran dan/atau pembukaan. Kesalahan yang sering dibuat ialah mengobati
seorang penderita untuk inersia uteri, padahal persalinan belum mulai (false
labour).
Tanda-tanda inersia uteri
Kurang dari 3 kontraksi dalam, waktu
10 menit, masing-masing kontraksi berlangsung kurang dari 40 detik.
Penatalaksanaan
1) Pecahkan
ketuban dan lakukan akserasi persalinan
dengan oksitosin
2) Evaluasi
kemajuan persalinan dengan pemeriksaan vaginal 2 jam setelah his adekuat
-
Jika tidak ada kemajuan. Lakukan seksio sesarea
-
Jika ada kemajuan. Lanjutkan infus oksitosin dan
evaluasi setiap 2 jam
b. Kontraksi
kuat yang sering (kontraksi hipertonik)
His terlampau kuat
atau juga disebut hypertonic uterine contraction. Walaupun pada golongan
coordinated hypertonic uterine contraction bukan merupakan penyebab distosia,
namun hal ini dibicarakan juga di sini dalam rangka kelainan his. His yang
terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu
sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam, dinamakan
partus presipitatus; sifat his normal, tonus otot di luar his uga biasa,
terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan
bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
Kontraksi ini
dapat terjadi setelah penggunaan oksitosik yang tidak tepat. Persalinan yang
lama yang berhubungan dengan kontraksi yang kuat terutama terlihat pada ibu
multipara dengan disproporsi.
Penatalaksanaan
1) Denyut
jantung jenin yang abnormal sering merupakan tanda awal.
2) Singkirkan
stimulasi yang berlebihan dengan oksitosik.
3) Jika
keadaan tidak akut, kaji kembali presentasi dan posisi bagian presentasi janin.
Cara pelahiran akan tergantung pada temuan dan meliputi percobaan forseps,
rotasi forseps atau ang lebih sering seksio sesaria.
c. Aktivitas
uterus yang tidak terkoordinasi
Kontraksi uterus
yang tidak teratur dan akibatnya terjadi aktivitas uterus yang tidak
terkoordinasi. Aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi menghasilkan tonus
yang buruk dan kontraksi uterus yang kuat dan menyakitkan. Kondisi ibu
primipara yang mengalami disproporsi biasa terjadi, tetapi tidak secara khusus.
Kondisi ini lebih cenderung terjadi jika ibu ketakutan, distress atau cemas
seperti pada persalinan pertama, terutama jika ia berusia lebih dari 35 tahun.
Disini sifat his
berubah. Tonus otot uterus meningkat, juga di luar his, dan kontraksinya tidak
berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi
bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah
dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Di samping itu
tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama
bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga
disebut sebagai uncoordinated
hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan
ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat,
sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan
lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi. Secara teoritis lingkaran ini
dapat terjadi di mana-mana, akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara
bagian atas dan segmen bawah uterus. Lingkaran konstriksi tidak dapat diketahui
dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap, sehingga
tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri. Oleh sebab itu jika pembukaan
belum lengkap, biasanya tidak mungkin mengenal kelainan ini dengan pasti.
Adakalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan distosia
servikalis. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis
dinamakan primer kalau serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi
berhubung dengan incoordinate uterine action. Penderita biasanya seorang
primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat diraba jelas pinggir serviks yang
kaku. Kalau keadaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala terus menerus dapat
menyebabkan secara sirkuler. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh
kelainan organik pada serviks, misalnay karena jaringan parut atau karena
karsinoma. Dengan his kuat serviks bisa robek, dan robekan ini dapat menjalar
ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu, setiap wanita yang pernah mengalami
operasi pada serviks, selalu harus diawasi persalinannya di rumah sakit.
Penatalaksanaan:
1) Berikan
penenangan pada ibu, berikan sedasi jika perlu dan berikan analgesia.
2) Lebih
dari 50% dari para ibu tersebut memerlukan pelahiran dengan bantuan. Tentukan
golongan darah dan siapkan persediaan darah.
3) Jika
memungkinkan, pecahkan ketuban dan pasang alat pemantau langsung denyut jantung
janin.
4) Berikan
oksitoksik intravena jika tidak ada kontra indikasi terhadap persalinan
selanjutnya.
5) Lahirkan
dengan seksio sesaria jika tidak ada kemajuan setelah 2-4 jam terapi oksitoksik
atau jika terjadi distres janin.
2. Faktor
janin (passenger).
Masalah-masalah
janin (Passenger)
Tiga kelompok penyebab kegagalan
kemajuan persalinan adalah karena masalah-masalah passenger (janin
tunggal/multipel). Terdapat tiga faktor utama :
a.
Janin terlalu besar
Janin besar adalah
bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi bayi yang lahir dengan
berat badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gr adalah
0,4%. Pernah dilaporkan berat bayi lahir pervaginam 10,8 – 11,3 kg.
Diagnosis
Menentukan apakah bayi besar / tidak kadang-kadang sulit. Hal ini dapat
diperkirakan dengan cara :
1)
Keturunan / bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit
melahirkannya dan adanya diabetes melitus.
2)
Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak boleh sebab
lain (edema dan sebagainya).
3)
Pemeriksaan teliti tentang disproporsisepalo atau
feto-pelvik dalam hal ini dianjurkan untuk mengukur kepala bayi dengan ultra
sonografi.
Prognosis
Pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500
gr umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh bila
janin lebih besar dari 4500-5000 gr atau pada kepala yang sudah keras (post
maturitas) dan pada bahu yang lebar. Apabila disproporsi sefalo atau fetopelvis
ini dibiarkan maka terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin.
Penanganan:
Pada disproposi sefalo dan feto-pelvis yang sudah diketahui dianjurkan
seksio sesarea.
b.
Malpresentasi
Malpresentasi
adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi verteks.
Macam-macam diagnosis
malpresentasi:
1) Presentasi Dahi terjadi karena ekstensi
parsial kepala janin sehingga terletak lebih tinggi dari sinsiput (gambar 1).
Pada pemeriksaan abdomen,
kepala janin 3/5 di atas simfisis pubis. Oksiput lebih tinggi dari sinsiput.
Pada pemeriksaan vagina,
teraba fontanella anterior dan orbita.
2) Presentasi muka disebabkan oleh
hiperekstensi kepala janin sehingga tidak teraba oksiput maupun sinsiput pada
pemeriksaan vagina
Pada pemeriksaan abdomen,
teraba lekukan antara oksiput dan punggung (sudut Fabre)
Pada pemeriksaan vagina,
teraba muka, mulut, dan rahang. Jari tangan mudah masuk ke mulut janin.
3) Presentasi ganda (majemuk) terjadi jika
prolaps tangan bersamaan dengan bagian terendah janin, lengan yang mengalami
prolaps dan kepala janin terdapat di rongga panggul secara bergantian.
4) Presentasi Bokong (Sungsang) terjadi jika
bokong dengan/atau kaki merupakan bagian terendah janin. Ada 3 macam presentasi
bokong: complete breech (bokong sempurna), frank breech (bokong murni, foothing
breech (bokong kaki).
Pada pemeriksaan abdomen, kepala
teraba di bagian atas, bokong pada daerah pelvis. Auskultasi menunjukkan bahwa
DJJ lokasinya lebih tinggi daripada yang diharapkan dengan presentasi verteks.
Pada pemeriksaan pemeriksaan
vagina teraba bokong atau kaki.
Presentasi Bokong Sempurna
terjadi jika kedua kaki mengalami fleksi pada panggul dan lutut
Presentasi Bokong Murni
terjadi jika kedua kaki mengalami fleksi pada panggul dan ekstensi pada lutut
Presentasi kaki terjadi sebuah
kaki mengalami ekstensi pada panggul dan
lutut.
5) Letak Lintang dan Presentasi Bahu terjadi
jika sumbu panjang janin terletak melintang (Gambar 8) Bahu merupakan yang
menjadi presentasi.
Pada pemeriksaan abdomen,
sumbu panjang janin teraba melintang, tidak teraba bagian besar (kepala atau
bokong) pada simfisis pubis. Kepala biasanya teraba di daerah pinggang.
Pada pemeriksaan vagina, dapat
teraba bahu, tetapi tidak selalu. Lengan dapat mengalami prolaps dan siku,
lengan atau tangan dapat teraba di vagina.
c. Malposisi
-
Malposisi
merupakan posisi abnormal dari verteks kepala janin (dengan ubun-ubun kecil
sebagai penanda) terhadap panggul ibu.
-
Menetukan
posisi pada presentasi kepala (atau sefalik). Pada presentasi verteks (bagian
depannya adalah oksiput ) Oksiput dapat di raba pada enam posisi yang berbeda
dalam hubungannya dengan pintu atas panggul.
-
Jika oksiput
menunjuk pada daerah posterior kanan dari pintu atas panggul,maka posisi ini di
sebut oksipito-posterior kanan(OPKa)
-
Jika oksiput
menunjuk pada daerah lateral kanan dari pintu atas panggul, maka posisi ini di
sebut oksipito-lateral kanan(OLKa)
-
Jika oksiput
menunjuk pada daerah anterior kanan dari pintu atas panggul, maka posisi ini di
sebut oksipito-anterior kanan(OAKa)
Sama halnya dengan bagian kiri,posisi oksiput dapat
disebut sebagai oksipito-posterior kiri, oksipito-lateral kiri, dan
oksipito-anterior kiri, sesuai dengan daerah pelvis yang ditunjukan oleh
oksiput.
Ketika janin beradaa pada posisi oksiput-anterior,
punggung janin ada di depan, ini sesuai dengan bentuk dinding abdomen ibu dan
dengan demikian dapat berfleksi dengan lebih baik. Bila punggungnya fleksi,
kepala juga cenderung untuk fleksi dan diameter yang lebih kecil akan engaged.
Ketika janin berada pada posisi oksiput-posterior,
punggung janin menghadap spina ibu dan tidak dapat fleksi dengan sangat baik.
Kadang-kadang kepala janin tidak fleksi dan dapat terjepit di pintu atas
panggul. Bila kepala melewati pintu atas panggul, sinsiput akan berada di
belakang simpfisis pubis dan oksiput akan menempati ruang sacrum. Bayi akan
menampakan muka lebih dulu dan jika pelvisnya tidak cukup besar, maka kepala
akan terjepit pada pintu bawah panggul.
Masalah
Janin dalam keadaan malpresentasi dan
malposisi sering menyebabkan partus lama atau partus maceukant.
Penanganan Umum
-
Lakukan
penilaian cepat mengenai kondisi ibu termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah,
pernapasan, suhu)
-
Lakukan
penilaian kondisi janin
1) Dengarkan
denyut jantung janin (DJJ) segera setelah his :
-
Hitung DJJ selama satu menit penuh paling sedikit
setiap 30 menit selama fase aktif dan setiap 5 menit selama fase kedua;
-
Jika DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali per
menit kemungkinan gawat janin.
2) Jika ketuban pecah, lihat warna cairan ketuban
Jika ada mekonium
yang kental, awasi lebih ketat atau lakukan intervensi untuk penanganan gawat
janin
3) Tidak adanya cairan pada saat ketuban ketuban
pecah menandakan adanya pengurangan jumlah air ketuban yang mungkin ada
hubungannya dengan gawat janin
-
Berikan dukungan moral dan perawatan pendukung lainnya
-
Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf
Gejala Utama
Gejala utama yang perlu diperhatikan pada persalinan kasep/lama:
1.
Dehidrasi.
2.
Tanda infeksi:
- Temperatur tinggi
- Nadi dan pernapasan
- Abdomen meteorismusus.
3.
Pemeriksaan abdomen:
a.
Meteorismus
b.
Lingkaran Bandle tinggi
c.
Nyeri segmen bawah rahim
4.
Pemeriksaan local vulva vagina:
a.
Edema vulva
b.
Cairan ketuban berbau
c.
Cairan ketuban bercampur mekonium.
5.
Pemeriksan dalam:
a.
Edema servik
b.
Bagian terendah sulit di dorong ke atas.
c.
Terdapat kaput pada bagian terendah.
6.
Keadaan janin dalam rahim:
Asfiksia sampai terjadi kematian.
7.
Akhir dari persalinan kasep adalah:
a.
Ruptura uteri imminen sampai rupture uteri
b.
Kematian karena pendarahan dan atau infeksi.
Tabel. 1 Diagnosis
Tanda dan gejala
|
Diagnosis
|
Serviks tidak
membuka
Tidak
didapatkaan his/his tidak teratur.
|
Belum in partu
|
Pembukaan
serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8
jam in partu dengan his yang teratur.
|
Fase laten
memanjang.
|
Pembukaan
servik melewati kanan garis waspada partograp
|
Fase aktif
memanjang
|
Frekuensi his
kurang dari 3 his per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik
|
Inersia uteri
|
Pembukaan
serviks dan turunya bagian janin yang dipresentasikan tidak maju, sedangkan
his baik
|
Disproporsi
sefalopelvik.
|
Pembukaan
servik dan turunya bagian janin yang di presentasikan tidak maju dengan
kaput, erdapat moulase hebat,edema serviks, tanda rupture uteri imminens,
gawat janin.
|
Obstruksi
kepala
|
Kelainan
presentasi selainan verteks dengan oksiput anterior)
|
Malpresentsi
atau malposisi.
|
Pembukaan
serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan.
|
Kala II lama.
|
Penanganan
Persalinan Lama.
Persalinan merupakan tingkat akhir persalinan lama
dengan disertai komplikasi sehingga bidan perlu melakukan tindakan medis:
1.
Memberikan rehidrasi dan infus cairan penganti.
2.
Memberikan perlindungan antibiotika-antipretika.
3.
Mengantar penderita, sehingga dapat memerikan
keterangan atau memberikan keterangan
tertulis
4.
Intervensi medis lainya tidak perlu di lakukan
sebab kemungkinan akan menambah bahaya ibu maupun janin dalam rahim.